REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Manusia pilihan atau para wali memiliki jazbah (semangat) dalam menjalankan ibadah yang tidak dimiliki orang pada umumnya. Ketika ibadah ia khusuk dan ketika berdoa mereka menangis sejadi-jadinya, menyesal akan dosa dan keselahan yang pernah dibuat meski sedikit.
Hal ini seperti dilakukan Syekh Fudhail bin Iyadh, dia menangis sejadi-jadinya ketika mengingat dosa. Syekh Fudhail merupakan seorang wali besar yang masyhurm
Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi Rah.a dalam kitabnya Fadilah Haji menuliskan kisah Syekh Fudhail yang tawadhu itu. Ketika itu di Arafah, orang-orang sibuk berdoa, ia malah sibuk menangis.
"Sehingga keadaannya begitu menyedihkan orang yang melihatnya," katanya.
Syekh Fudhail menangis seperti tangisan seorang wanita yang kematian anaknya, dan anak itu terbakar di dalam api. Ketika matahari hampir tenggelam ia memegang janggutnya dan menengadahkannya ke langit dan berdoa.
"Walaupun engkau mengampuni. Aku tetap saja menyesali perbuatan burukku." (Ihya).
Syekh Maulana mengatakan, Ibnu Arabi Rah.a juga mengutip kisah ini di dalam kitab Muhadharat dan menambahkan bahwa Mutharrif ketika berdoa demikian.
"Ya Allah janganlah engkau telatarkan mereka semua gara-gara aku berada ditengah-tengah mereka,"
Dengan rasa tawajhunya kata Syekh Muhammad Zakariyya Bakar bin Abdillah rah.a berkata. "Betapa mulianya padang Arafah ini. Seandainya aku tidak ada di sini, tentukan orang mendapatkan ridho Allah."