Sementara itu, Imam An-Nawaw dalam kitabnya Al-Adzkar menjelaskan, para ulama ahli hadits dan ahli fiqih dan yang lain menyatakan bahwa boleh dan sunnah mengamalkan hadits dhaif untuk fadhail amal dan motivasi selagi bukan hadits maudhu’ (palsu).
Adapun yang terkait masalah hukum seperti halal, haram, jual beli, nikah, talak, dan lain-lain maka tidak boleh memakai dasar hadits kecuali hadits shahih dan hasan. Adapun tiga ayat terakhir surah Al Hasyr berbunyi,
هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِۚ هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلٰمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُۗ سُبْحٰنَ اللّٰهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ هُوَ اللّٰهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰىۗ يُسَبِّحُ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Huwallahulladzi la ilaha illa huu..’Alimul ghaibi wasy syahadati huwarrrahmanurrahim. Huwalllahulladzi laa ilaha illa Huu. Al-Malikul Quddusus Salamul Mu’minul Muhaiminul ‘Azizul Jabbarrul Mutakkabir. Subhanallahi ‘Amma Yusyrikun. Huwallahul Khaliqul Bariul Mushawwiru lahul Asmaul Husna. Yusabbihu lahu mafis samawati wal’ardhi. Wahuwal Azizul Hakim.
“Artinya: Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.
Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang mengaruniakan keamanan, Yang Mahamemelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang memiliki segala keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang menciptakan, Yang mengadakan, Yang membentuk rupa, Yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS Al Hasyr: 22-24)