REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai bencana melanda Indonesia terjadi sejak awal Januari 2021. Selain diterpa pandemi Covid-19, Indonesia juga dihantui banjir, tanah longsor, serta gempa yang mengorbankan banyak nyawa dan harta.
Pendiri Rumah Fikih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat, menyebut hal ini tidak bisa dikategorikan sebagai azab. Dengan beragam bencana yang ada, ia menegaskan Allah SWT ingin memberi peringatan atau menampakkan kuasa-Nya. Dengan kondisi yang ada, manusia diberi pilihan untuk mengambil pelajaran dan berusaha semaksimal mungkin, atau cuek bahkan terlarut dalam kesedihan dan terpuruk.
"Baiknya, dalam kondisi seperti ini kita ambil pelajaran, bahwa di atas sana ada Tuhan Yang Maha Kuasa dan manusia tidak memiliki kekuatan apa-apa. Manusia hanya bisa pasrah sambil berikhtiar," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (17/1).
Ustaz Ahmad Sarwat juga mengingatkan, jika bencana yang muncul sifatnya bisa diantisipasi, seperti banjir atau tanah longsor, maka seharusnya manusia telah menyiapkan antisipasi dari jauh-jauh hari. Hal ini akan lebih baik dan bisa mengurangi jumlah korban atau kerusakan.
Di balik segala sesuatu yang terjadi di dunia, ia mengingatkan umat Muslim perlu dipahami jika semuanya adalah kehendak Allah SWT. Setiap segala kejadian, tidak perlu ada penjelasan atau dipertanyakan alasannya. Sebagai manusia dan makhluk ciptaan-Nya, tugas manusia adalah berusaha dan berikhtiar sambil berdoa.
"Kalau saya, disamping mengamini Allah SWT Maha Kuasa, bencana ini sifatnya bukan azab. Ini semacam ujian bagi manusia, bagaimana cara untuk mengantisipasi dan menghadapinya. Ujian yang diberikan oleh Allah diberikan secara bertingkat dan disesuaikan dengan kondisi saat itu," kata dia.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, bencana berupa wabah pernah ada. Namun, kondisinya hanya menyerang satu kota. Dibandingkan saat ini, sengan berkembangnya teknologi, wabah mendunia tidak menghambat manusia beraktifitas mengingat telah ditemukannya internet yang bisa diakses menusia dimanapun.
Ia pun membayangkan, jika wabah mendunia ini terjadi tahun 80-an dan setiap orang diminta diam saja atau bekerja di rumah, maka yang terjadi adalah kebutaan akan informasi dan kekacauan yang lebih parah.