REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kematian bagi orang Mukmin dengan orang kafir tentunya berbeda. Hal ini lantaran adanya perbedaan baik dari sisi akidah atau syariat yang dianut masing-masing pihak. Lantas bagaimanakah perbedaan di antara kematian keduanya? Adakah alam merespons kematian dua jenis manusia semacam ini?
Dalam sebuah redaksi hadits dari Rasulullah SAW disebutkan: “Haddatsana Ismail qala haddatsani Malikun an Muhammadi ibni umri ibni halhata an ma’badi ibn Ka’bin ibn Malikin an Abi Qatadata ibn Rib’iy Al-Anshari annahu kaana yuhadditsu anna Rasulallah SAW marra alaihi bijanaazatin faqaala mustarihun wa mustaraahun minhu qaaluu ya Rasulullah maa-mustarihu wal-mustaraahu minhu qala al-abdu al-mukminu yustarihu min nashabi ad-dunya wa adzaaha ila rahmatillah, wal-abdu al-faajiru yastarihu minhu al-ibaadu wal-bilaadu wasyajaru waddawaabu.”
Yang artinya: “Telah menceritakan kepada kami Ismail yang mengatakan, telah menceritakan kepadaku Malik dari Muhammad bin Amru bin Halhalah dari Ma’bad bin Ka’ab bin Malik dari Abu Qatadah bin Rib’i Al-Anshari, ia menceritakan:
أنَّ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم مُرَّ عليه بجنازةٍ فقال: مستريحٌ ومستراحٌ منه، فقالوا: يا رسولَ اللهِ مَن المستريحُ والمستراحُ منه؟ فقال: العبدُ المؤمنُ يستريحُ مِن نصَبِ الدُّنيا وأذاها إلى رحمةِ اللهِ والمستراحُ منه العبدُ الفاجرُ يستريحُ منه العبادُ والبلادُ والشَّجرُ والدَّوابُّ
Rasulullah SAW pernah melewati jenazah. Kemudian beliau bersabda: ‘Telah tiba gilirannya seorang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman,’. Para sahabat bertanya: ‘wahai Rasulullah, apa maksud engkau ada orang yang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman?’. Maka Nabi pun menjawab: ‘(yakni) seorang yang Mukmin akan memperoleh kenyamanan dari kelelahan dunia dan kesulitan-kesulitannya menuju jalan Allah. Sebaliknya, hamba yang jahat, manusia, negara, pepohonan, atau hewan menjadi nyaman karena kematiannya.”
Memang, tidak semua orang Islam dapat menikmati kenikmatan dan kenyamanan dalam kematiannya. Namun demikian bagi seorang Muslim yang Mukmin yang menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya di dunia, ganjaran kematian baginya pun telah dijamin Allah SWT dengan kematian yang nyaman.
Sebaliknya, orang yang jahat, orang kafir atau bahkan orang Muslim yang kerap bermaksiat, justru mendapatkan hal sebaliknya. Bahkan alam pun begitu nyaman dengan kepergian atas kematian yang menjemputnya. Seperti manusia, pepohonan, hingga hewan boleh jadi sangat senang dengan kepergiannya itu. Barangkali karena mengukur ketiadaan manfaat dari diri orang tersebut selama hidup.