REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Imam Jalaluddin As-Suyuthi dikenal sebagai ulama multitalenta yang tidak hanya menguasai ilmu-ilmu dasar agama, tetapi juga disiplin ilmu lainnya.
Lebih dari itu, Imam As-Suyuthi juga dikenal sebagai ulama yang memiliki akhlak yang tinggi dan zuhud.
Suatu waktu Imam As-Suyuthi juga pernah bermimpi seolah-seolah bersama Rasulullah SAW.
Seperti dikutip dari buletin Tanwirul Afkar yang diterbitkan Ma’had Aly Sukorejo Situbondo, Al-’Idrusi dalam kitabnya yang berjudul an-Nur as-Safir ’an Akhbar al-Qarn al-’Isyrin mengatakan:
“Dikisahkan bahwasanya As-Suyuthi pernah berkata: ‘Suatu saat saya bermimpi seolah-olah saya bersama Rasulullah, lalu saya memperlihatkan kepadanya sebuah kitab yang saya tulis dalam bidang hadits yaitu kitab “Jam’u al-Jawami” Kemudian saya berkata:
‘Bacalah oleh kalian sedikit saja dari kitab ini. Lalu Rasulullah bersabda: Bawalah kemari wahai ulama hadits, kemudian beliau berkata lagi: ‘Ini adalah kabar gembira buatku yang paling agung dan mulia daripada dunia dan segala isinya’.”
Tidak sedikit ulama besar yang memuji akhlak Imam As-Suyuthi. Ulama lainnya yang memuji akhlak Imam As-Suyuthi adalah Najmuddin al-Qurra. Dalam kitabnya yang berjudul “al-Kawakib as-Sairah Bi ’Ayani al-Mi’ah al-’Asyirah”, Najmuddin berkata,
“Tatkala dia (as-Suyuthi) berusia empat puluh tahun dia memfokuskan dan menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah, dan menjauhkan diri dari kehidupan dunia dan penduduknya, seakan-akan dia tidak mengenal seorang pun, kemudian dia mulai menulis karya-karyanya, lalu dia meninggalkan fatwa dan mengajar, dia meminta udzur akan hal tersebut yang dia paparkan dalam karyanya at-Tanfis.
Kemudian dia melanjutkan hal tersebut sampai dia meninggal, dia tidak membukakan pintu rumahnya di pesisir Sungai Nil dari ketukan penduduk. Kemudian orang-orang terpandang para wali dan ulama berdatangan untuk menjenguknya, lalu mereka menyodorkan harta kepadanya, namun dia menolaknya.
Begitu juga an-Nuri memberikan seorang budak dan uang sebanyak seribu dinar, kemudian Aas-Suyuti mengembalikan uang tersebut dan mengambil budak lalu memerdekakannya dan menjadikannnya pelayan di ruangan an-Nabawiyyah, kemudian dia berkata kepada sang sultan:
‘Janganlah kamu datang kepada kami dengan hadiah, karena sesungguhnya Allah telah menganugerahkan kepada kami hadiah-hadiah tersebut. Dia tidak memihak dan membeda-bedakan antara sultan dan yang lainnya. Kemudian sultan memintanya untuk hadir ketempatnya berulang-ulang namun dia tidak datang’.”