Selasa 05 Jan 2021 18:36 WIB

Nabi Muhammad SAW dan Masa Terputusnya Wahyu

Setelah wahyu pertama turun di Gua Hira Nabi tidak lagi mendapat wahyu.

Nabi Muhammad SAW dan Masa Terputusnya Wahyu. Ilustrasi Rasulullah
Foto:

Kecemasan Khadijah pun tidak pula kurang rasanya. Ia mengharapkan mati benar-benar kalau tidak karena merasakan adanya perintah yang telah diberikan kepadaya. Kembali lagi ia kepada dirinya, kemudian kepada Tuhannya.

Konon katanya pernah terpikir olehnya akan membuang diri dari atas Hira atau dari atas puncak gunung Abi Qubais. Apa gunanya lagi hidup kalau harapannya yang besar ini jadi kering lalu berakhir? (Sejarah Hidup Muhammad, hlm 86)

Menurut Muhammad Husain Haekal (hlm 87) menjawab kekhawatiran Nabi Muhammad itu turunlah Surat ad-Dhuha. Allah SWT berfirman:

وَٱلضُّحَىٰ وَٱلَّيۡلِ إِذَا سَجَىٰ مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ وَلَلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ لَّكَ مِنَ ٱلۡأُولَىٰ وَلَسَوۡفَ يُعۡطِيكَ رَبُّكَ فَتَرۡضَىٰٓ أَلَمۡ يَجِدۡكَ يَتِيمٗا فَ‍َٔاوَىٰ وَوَجَدَكَ ضَآلّٗا فَهَدَىٰ وَوَجَدَكَ عَآئِلٗا فَأَغۡنَىٰ

“Demi waktu matahari sepenggalahan naik. Dan demi malam apabila telah sunyi (gelap) .Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (Q,S. Adh-Dhuha 93:1-8)

Dalam surat itu ditegaskan oleh Allah SWT bahwa Dia tidak meninggalkan Muhammad dan tidak pula membencinya. Dengan turunnya Surat ini hati Nabi Muhammad kembali menjadi tenang.

Apa yang juga dikhawatirkan Khadijah, bahwa Allah tidak menyukai Nabi Muhammad juga tidak terbukti.

Tetapi menurut Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam bukunya Ar-Rahiq al-Makhtum (hlm. 84) wahyu kedua yang turun bukan Surat adh-Dhuha, tetapi Surat al-Mudatsir. Allah SWT berirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمُدَّثِّرُ قُمۡ فَأَنذِرۡ وَرَبَّكَ فَكَبِّرۡ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرۡ وَٱلرُّجۡزَ فَٱهۡجُرۡ

“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah.” (Q.S. Al-Mudatsir 74: 1-5)

Para mufassir umumnya berpendapat Surat Al-Mudatsirlah yang turun setelah masa terputusnya wahyu, berdasarkan hadits berikut:

Dari Jâbir ibn Abdullah RA, dia berkata: Aku telah mendengar Nabi Muhammad SAW ketika beliau berbicara mengenai terputusnya wahyu, maka katanya dalam pembicaraan itu: “Ketika aku berjalan, aku mendengar suara dari langit. Lalu aku angkat kepalaku, tiba-tiba aku melihat malaikat yang mendatangi aku di gua Hira’ itu duduk di atas kursi antara langit dan bumi, lalu aku pulang dan aku katakan: Selimuti aku! Mereka pun menyelimuti aku . Lalu Allah menurunkan ( يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ ) sampai ( وَالرِّجْزَ فَاهْجُرْ ).” (H.R. Bukhâri dan Muslim, teks dari Bukhâri)

Menurut penulis ar-Rahiq al-Makhtum, masa terputusnya wahyu itu tidak sampai dua tahun, tetapi hanya beberapa hari saja. Paling lama hanya sepuluh hari saja.

Sepertinya pendapat ini tidak kuat, megingat Nabi Muhammad sampai gelisah dan kembali menyendiri ke Gua Hira. Kalau hanya beberapa hari saja tidak mungkin Nabi Muhammad langsung gelisah bahkan merasa ditinggalkan oleh Allah SWT.

Wahyu kedua ini sudah memberikan perintah kepada Nabi Muhammad untuk bangkit dan memberikan peringatan kepada kaumnya dan seluruh umat manusia. Artinya beliau sudah diangkat menjadi Rasul di samping seorang Nabi Muhammad. 

-----

Sumber: Majalah SM Edisi 19 Tahun 2018

 

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/12/30/nabi-muhammad-saw-8-wahyu-terputus/

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement