Meskipun dalam berapa hal, ulama Wahabi menerima adanya modernitas di dalam Negara, namun dalam satu waktu tetap mampu mempertahankan interpretasi keagamaan yang konservatif.
Namun, nampaknya arus modernisasi dan pragmatisme ekonomi sulit untuk dibendung oleh Arab Saudi yang juga memiliki hubungan akrab dengan Negara-negara Barat khususnya Negara paman Sam juga Inggris.
Belum lagi himpitan ekonomi yang belakangan menimpa Arab Saudi karena melorotnya pendapatan sektor migas membuat Negara tersebut harus berpikir ekstra mencari celah untuk menambah pundi-pundi.
Pergantian kekuasaan dari tangan Raja Abdullah ke Raja Salman sendiri melahirkan konsekuensi adanya pergeseran relasi antara kerajaan dan kelompok ulama.
Gejolak domestik yang disuarakan sebagai tindakan reformasi menuju Arab Saudi yang moderat tentunya tidak menjadi kabar yang mengenakkan di telinga kalangan ulama Saudi.
Dari penangkapan puluhan pemuka agama yang dinilai ekstrem, juga akademisi, wartawan dan penulis yang dianggap menentang kebijakan Raja Salman, hingga dibolehkannya perempuan Saudi menyetir dan memasuki stadium, hingga dicabutnya larangan operasi bioskop di Arab Saudi.
Hal tersebut menjadi tantangan sekaligus pertanyaan akan kelanjutan dari relasi panjang yang sudah terbangun antara Saudi dan ulama Wahabi di masa depan. (Th)