Jumat 18 Dec 2020 16:07 WIB

Khutbah Abu Thalib Saat Melamarkan Calon Istri Nabi Muhammad

Khutbah Abu Thalib ini merupakan gerbang pembuka dimulainya rumah tangga teladan

Rep: Imas Damayanti/ Red: Esthi Maharani
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW
Foto: MGROL100
Ilustrasi Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah pertemuan Nufaisah dengan Nabi Muhammad SAW tentang maksud Sayyidah Khadijah yang mengajaknya untuk berumah tangga, Nabi pun segera menceritakan maksud tersebut kepada pamannya yakni Abu Thalib.

Pakar Ilmu Tafsir asal Indonesia, Prof Quraish Shihab, menjelaskan, usai menceritakan hal itu maka para keluarga segera berumbuk dan tibalah waktu yang disepakati oleh kedua keluarga. Di hari lamaran, Nabi Muhammad SAW diantar oleh pamannya yakni Abu Thalib dan Hamzah untuk berangkat ke rumah Sayyidah Khadijah.

Di sana mereka disambut oleh paman Sayyidah Khadijah, Amr bin Asad. Sejenak kemudian Abu Thalib berdiri bersama Nabi Muhammad SAW lalu menyampaikan secara resmi maksud kedatangan mereka.

Abu Thalib pun berkhutbah: “الحمد لله الذى جعلنا من ذرية ابراهيم و زرع اسماعيل و ضئضئ معد و عنصر مضر و جعلنا حضنة بيته وسواس حرمه وجعلنا بيتا محجوجا وحرما امنا وجعلنا الحكام على الناس. اما بعد ثم ان ابن اخي هذا محمد ممن لايوازن به فتى من قريش الا رجح به شرفا ونبلا و فضلا و عقلا و ان كان فى المال قل فان المال ظل زائل وعارية مسترجعة ومحمد من قد عرفتم قرابته وقد خطب خديجة بنت خويلد و بذل لها من الصداق ما اجله وعاجله كذا ونو والله بعد هذا له نبأ عظيم وخطب جليل

Alhamdulillahilladzi ja’alana min dzurriyati Ibrahima wa zar’a Ismaila wa dhi’dhi-I ma’din wa unshura mudharrin wa ja’alana hadhanata baitihi wa suwwasa haramihi wa ja’alana baitan mahjuujan wa haraman aaminan wa ja’alanal-hukkaama alannaasi. Amma ba’du tsumma inna ibna ikhi hadza Muhammadun mimman laa yuwaazanu bihi fatan min quraisyin illa rajaha bihi syarafan wa nublan wa fadhlan wa aqlan wa in kaana fil-maali qalla fa innal-maala zhillun zaa-ilun wa ariyatun mustarja’atun wa Muhammadun man araftum qaraabatahu wa qad khataba Khadijata bintu Khuwailidin wa badzala lahaa min as-shaddaaqi maa aajalahu wa ajalahu kadzaa wa huwa wallahi ba’da hadza lahu naba-un azhimun wa khatbun jalilun,”.

Yang artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita anak keturunan Ibrahim, hasil tumbuhan Ismail, dan berasal-usul dari Ma’d, serta unsur kerjadian dari Mudhar. Segala pujia bagi-Nya yang menjadikan kami pemelihara rumah-Nya, pengelola tanah suci-Nya, dan menganugerahi kami rumah (Ka’bah) yang dikunjungi, wilayah yang aman, dan menjadikan kita penguasa-penguasa atas manusia.

“Selanjutnya, anak saudaraku ini, Muhammad, adalah dia yang tidak diukur seorang pemuda pun dari Quraisy. Kecuali dia mengunggulinya dalam kemuliaan, keluhuran, keutamaan, dan akal. Kendati dalam hal ini harta dia memiliki sedikit, tetapi harta adalah bayangan yang hilang dan pinjaman yang harus dikembalikan,”.

“Muhammad adalah siapa yang hadirin kenal keluarganya. Dia melamar Khadijah binti Khuwailid dan bersedia memberi mahar dari harta milikku yang jumlahnya secara tunda sekian dan kontan sekian. Di samping itu, dia, demi Allah, sungguh bakal menjadi berita penting dan peristiwa agung,”.

Khutbah Abu Thalib ini disimak dengan seksama oleh para hadirin yang hadir. Hadirin didominasi oleh anggota dari kedua keluarga, yaitu keluarga Nabi Muhammad dan keluarga dari pihak Sayyidah Khadijah. Boleh dikatakan, khutbah Abu Thalib ini merupakan gerbang pembuka dimulainya rumah tangga teladan yang menjadi contoh bagi tiap-tiap pasangan dalam merajut biduk rumah tangga.

Sebagaimana diketahui, dari pernikahan Nabi Muhammad dengan Sayyidah Khadijah maka terciptalah keturunan-keturunan Nabi yang menyejukkan. Tak hanya itu, dari rumah tangga ini pula lah bagaimana teladan tentang keluarga dapat menjadi tuntunan yang tidak menyejukkan bagi insan-insan yang merenunginya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement