REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hari Sabat dikenal sebagai hari suci bagi umat Yahudi. Sebelum Allah SWT menetapkan hari Jumat sebagai hari suci umat Islam, Sabat menjadi hari suci dan tertuang di dalam Alquran Surah Al-Araf ayat 163-166.
وَاسْأَلْهُمْ عَنِ الْقَرْيَةِ الَّتِي كَانَتْ حَاضِرَةَ الْبَحْرِ إِذْ يَعْدُونَ فِي السَّبْتِ إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا وَيَوْمَ لَا يَسْبِتُونَ ۙ لَا تَأْتِيهِمْ ۚ كَذَٰلِكَ نَبْلُوهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ# وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا ۙ اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا ۖ قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ# فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ #فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik.
Dan ketika suatu umat di antara mereka berkata, "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka menjawab, "Agar kami mempunyai alasan kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa."
Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.
Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya, "Jadilah kamu kera yang hina."
Menurut Genesis dalam Kitab Perjanjian Lama, pada hari Sabat Tuhan telah rampung menciptakan alam raya dan seisinya, kemudian ''istirahat total'' (sesuai arti nama Sabat dalam bahasa Ibrani).
Penganut agama Yahudi, dengan kepercayaan ini, sampai sekarang menggunakan hari Sabat untuk berhenti melakukan kegiatan, bahkan di kalangan kaum fundamentalisnya sampai-sampai tidak menghidupkan televisi di hari Sabat. Tapi Sabat menurut konsep Islam diambil dari kata sab'ah, berarti tujuh.
Menurut pengasuh tetap Rumah Fiqih, Ustadz Ahmad Sarwat, setiap kali seorang nabi diutus ke muka bumi, masing-masing ditugaskan untuk merevisi beberapa detail syariat yang pernah ada sebelumnya, namun juga terkadang justru mempertahankan beberapa detail syariat lainnya.
وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّورَ بِمِيثَاقِهِمْ وَقُلْنَا لَهُمُ ادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُلْنَا لَهُمْ لَا تَعْدُوا فِي السَّبْتِ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا “Dan telah Kami angkat ke atas mereka bukit Thursina untuk perjanjian mereka. Dan kami perintahkan kepada mereka, "Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud," dan Kami perintahkan kepada mereka, "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu," dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.” (QS An-Nisaa': 154)
Dahulu semua orang tanpa pandang bulu, laki perempuan, tua muda, diwajibkan masuk ke rumah ibadah dan tidak boleh mencari rezeki sepanjang hari sejak terbit matahari hingga malam. Pendeknya, seharian setiap Sabtu, mereka diharamkan mencari rezeki secara mutlak. Bahkan meski hanya dengan memasang perangkap ikan di laut.
Ketika mereka tidak mencari ikan kecuali hanya memasang perangkap sejak Jumat sore dan mengambil hasilnya pada Ahad pagi, ternyata hukuman Allah SWT tidak main-main. Saat itu juga mereka dikutuk menjadi kera-kera yang hina.