REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbuatan syirik atau menyekutukan Allah adalah hal terlarang. Terkadang orang yang berlaku syirik selalu beralasan ingin cepat mendapatkan keinginannya secara segera. Selain tak percaya dengan rezeki yang telah diatur Allah, syirik juga mempertanyakan ulang usaha yang bersangkutan.
Agama Islam telah memberikan petunjuk agar umatnya dapat memperoleh rezeki dengan cara-cara yang halal. Dalam buku Kafilah Al-Fatihah karya Je Abdullah dijelaskan, rahasia Alquran adalah Surah Al-Fatihah.
Adapun rahasia Surah Al-Fatihah salah satunya berada di ayat: “Iyyaka na’bu wa iyyaka nasta’in,”. Yang artinya: “Hanya kepada-Mu kami persembahkan hidup ini, dan hanya kepada-Mu kami mengharap pertolongan,”.
Dijelaskan, ayat ini memacu seseorang untuk membebaskan diri dari perilaku syirik dan mengajak umat fokus terhadap usaha diri. Setelah usaha yang cukup, selanjutnya makaa seorang hamba dituntut mempercayakan urusan sepenuhnya kepada Allah SWT.
Karena segala keputusan Allah terhadap hamba-Nya, pastilah keputusan yang baik. Membebaskan diri dari syirik (tubri’u minasyyirk) sama saja melepaskan diri dari tujuan yang banyak (kesyirikan) kepada suatu yang satu (tauhid). Ketauhidan itu mengarahkan seorang hamba hanya mengabdi kepada Allah SWT.
Di sini dijelaskan bahwa ayat tersebut terdapat makna negasi, penolakan, afirmasi, dan penegasan. Allah meminta manusia meninggalkan banyak tujuan, banyak sesembahan, dan meminta memfokuskan diri pada satu tujuan, yakni diri-Nya yang merupakan satu-satunya zat Mahakuasa.