Selasa 01 Dec 2020 07:45 WIB

Kala Kafir Quraisy Berkonspirasi Gali Makam Ibunda Nabi SAW 

Kafir Quraisy hendak menggali makam ibunda Muhammad SAW

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Kafir Quraisy hendak menggali makam ibunda Muhammad SAW  Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: republika
Kafir Quraisy hendak menggali makam ibunda Muhammad SAW Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pada masa hijrah, serangan terhadap dakwah Nabi Muhammad SAW dari kaum kafir Quraisy Makkah belum juga usai. 

Maka usai kekalahan kaum Quraisy di Perang Badar, kaum kafir Quraisy mulai menggalang dukungan untuk menyerang kembali Rasulullah dalam perang yang dikenal dengan nama Uhud.

Baca Juga

Pakar Tafsir asal Indonesia, Prof Quraish Shihab, dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW menjelaskan, tokoh-tokoh musyrik Makkah menggiatkan upaya menggalang dukungan suku-suku yang berada di sekitar Makkah. Mereka juga mempersiapkan mental antara lain dengan menghubungi penyair-penyair.

Penyair itu seperti Abu Azzah yang tertawan dalam pertempuran Badar dan yang dibebaskan Nabi SAW tanpa tebusan. Lalu Shafwan bin Umayyah yang memimpin kafilah yang dicegat pada Jumadil Ula tahun ketiga ini, berperan besar mempengaruhi Abu Azzah dan menjanjikan hadiah besar jika pertempuran usai.

Bahkan ada yang akan menjamin kesejahteraan anak-anaknya jika ia terbunuh. Dengan demikianlah musyrik kafir Quraisy mempersiapkan segala sesuatu dan akhirnya tersedialah biaya dan personil yang jumlahnya lebih besar. Yakni tiga kali lipat daripada jumlah pasukan mereka dalam pertempuran Badar, yaitu sebanyak 3.000 orang, 3.000 unta, dan 200 ekor kuda.

Tak sedikit pula kalangan perempuan yang mereka libatkan dalam peperangan, hal ini dimaksudkan untuk memberi semangat. Antara lain Hind binti Utbah yang merupakan istri Abu Sufyan , istri Ikrimah bin Abi Jahal, istri Amr bin Ash, dan lainnya.

Salah seorang yang berperanan tak terlupakan dalam pertempuran ini adalah seorang hamba sahaya milik Jubair bin Muth’im yang pemiliknya ini tewas pada pertempuran Badar. Hamba sahaya itu bernama Wahsyi bin Harb yang berasal dari Habasyah (Ethiopia). Ia dijanjikan kebebasannya bila berhasil membunuh paman Nabi Muhammad SAW yakni Hamzah bin Abdul Muthalib. Istri Abu Sufyan juga selalu mendorongnya untuk membunuh Hamzah guna melepaskan dendamnya atas beliau.

Dendam yang keji

Maka ketika pasukan Quraisy sampai di Abwa, yakni desa yang berjarak sekitar 37 kilometer dari Madinah tempat dimakamkannya ibunda Nabi, beberapa orang dari mereka bermaksud keji. Yakni bermaksud untuk menggali kuburan Sayyidah Aminah sebagai pelepasan dendam terhadap Nabi Muhammad SAW.

Namun untungnya saat itu ada yang melarang. Larangan itu dilakukan untuk melakukan pencegahan agar jangan sampai menjadi kebiasaan baru yang berkembang pada suku-suku lain yang memang saling memiliki dendam akibat saling membunuh keluarga

Lalu paman Nabi, Al-Abbas, yang ada di Makkah mengetahui rencana jahat ini. Beliau pun menyurati Nabi dan Nabi meminta Ubay bin Ka’ab untuk membacanya. Nabi kemudian menyampaikan isi surat tersebut kepada beberapa orang sahabat terdekat beliau dan meminta mereka merahasiakannya.

Kemudian Nabi mengutus beberapa orang dalam tahapan awal waktu yang berbeda. Hal itu dimaksudkan untuk mengkonfirmasi isi surat Al-Abbas yang ternyata benar. Bahkan pasukan kaum kafir Quraisy telah tiba di Madinah di dekat Uhud. Kedatangan mereka pun akhirnya sudah tidak lagi menjadi rahasia.

Maka, penjagaan cukup ketat dilakukan para sahabat-sahabat Nabi di sekitar Masjid Nabawi di mana rumah Nabi berada. Bahkan penjagaan diperluas sehingga mencakup tempat-tempat di mana dimungkinkan datangnya serangan.

Sebelum perang berkecamuk, sebelumnya Nabi pun diberikan peringatan oleh Allah melalui mimpi. Mimpi yang berupa wahyu terhadap Nabi ini adalah bentuk kebenaran. Diriwayatkan bahwa pada malam Jumat Nabi bermimpi melihat seekor sapi disembelih dan di ujung pedang beliau ada sedikit cacat/retak.

Terlihat juga dalam mimpi itu bahwa beliau menghunus pedang beliau lalu pegangan pedang terlepas dan menghunus sekali lagi. Dan kali itu pegangannya kembali utuh, Dalam riwayat lain, Nabi SAW menafsirkan mimpi beliau bahwa sapi yang disembelih itu mengisyaratkan ada sahabat beliau yang gugur. Sedang ujung pedang seperti yang dilukiskan bermakna ada seserang dari keluarga beliau yang gugur.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement