REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad oleh majalah Prancis Charlie Hebdo pada September 2020 menuai protes di beberapa negara mayoritas Muslim. Hal ini juga mengakibatkan tindakan kekerasan oleh ekstrimis diantaranya dua orang ditikam di dekat bekas markas majalah dan seorang guru dipenggal setelah menunjukkan karikatur tersebut selama pelajaran di kelas.
Asisten Profesor Islam Klasik Universitas Brandeis Suleyman Dost mengatakan penggambaran visual Muhammad adalah masalah sensitif karena sejumlah alasan. Pertama sikap awal Islam terhadap penyembahan berhala menyebabkan ketidaksetujuan umum terhadap gambar makhluk hidup sepanjang sejarah Islam. Kedua, Muslim jarang memproduksi atau menyebarkan gambar Muhammad atau Muslim awal terkenal lainnya.
"Karikatur (Muhammad) baru-baru ini telah menyinggung banyak Muslim di seluruh dunia. Penghormatan dan pengabdian yang diberikan oleh generasi pertama Muslim kepadanya menyebabkan berlimpahnya materi tekstual yang memberikan detail yang kaya tentang setiap aspek kehidupannya," kata Dost dilansir dari the Conversation pada Sabtu (28/11).
Dost menyebut biografi nabi paling awal yang masih ada, ditulis seabad setelah kematiannya, mencapai ratusan halaman dalam bahasa Inggris. Sepuluh tahun terakhirnya didokumentasikan dengan sangat baik sehingga beberapa episode hidupnya selama periode ini dapat dilacak dari hari ke hari. Lebih rinci lagi adalah buku-buku dari periode awal Islam yang didedikasikan khusus untuk menggambarkan tubuh, karakter, dan perilaku Muhammad.
Dari sebuah buku abad kesembilan yang sangat populer tentang subjek berjudul "Shama'il al-Muhammadiyya" atau The Sublime Qualities of Muhammad, Muslim mempelajari segalanya mulai dari tinggi badan dan rambut tubuh Muhammad hingga kebiasaan tidur, preferensi pakaian dan makanan favoritnya.
"Tidak ada satu pun informasi yang dianggap terlalu biasa atau tidak relevan jika menyangkut nabi. Cara dia berjalan dan duduk dicatat dalam buku ini di samping perkiraan jumlah rambut putih di pelipisnya di usia tua," ujar Dost.
Dost memandang deskripsi tekstual yang cermat ini telah berfungsi bagi Muslim selama berabad-abad sebagai alternatif representasi visual. Kebanyakan Muslim menggambarkan Muhammad seperti yang dijelaskan oleh sepupu dan menantu laki-lakinya Ali dalam sebuah bagian terkenal yang terdapat dalam Shama'il al-Muhammadiyya: seorang pria berbahu lebar dengan tinggi sedang, dengan rambut hitam bergelombang dan kulit kemerahan, berjalan dengan sedikit condong ke bawah.
Penggambaran paruh kedua deskripsi difokuskan pada karakternya: seorang pria rendah hati yang menginspirasi kekaguman dan rasa hormat pada setiap orang yang bertemu dengannya. Meski begitu, penggambaran figuratif Muhammad tidak sepenuhnya tidak pernah terdengar di dunia Islam.
"Faktanya, manuskrip dari abad ke-13 dan seterusnya memang berisi adegan-adegan dari kehidupan nabi, yang menunjukkan dia secara utuh pada awalnya dan kemudian dengan wajah yang terselubung," ucap Dost.