REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Kiamat atau yang disebut dengan istilah as saah pasti akan terjadi. Saat itu semua yang ada di alam raya akan hancur, rusak, dan binasa. Tidak ada satu pun yang tetap utuh. Manusia juga punah, kematiannya tak terhindarkan. Semua yang hidup dimatikan.
“Setelah mati, semua manusia dibangkitkan. Mereka dihidupkan lagi untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatanya di dunia. Yang berbuat kebaikan akan menerima ganjaran baik, dan yang jahat akan menerima hukuman,” seperti dikutip dari buku Kiamat dalam Perspektif Al Quran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI dengan LIPI.
Dijelaskan ayat ketujuh dalam surat Al Hajj, bahwa Allah SWT berfirman:
وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ ٱللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِى ٱلْقُبُورِ Artinya: "Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur," (QS Al- Hajj: 7).
Namun demkian kebanyakan di antara manusia ingkar dan tidak percaya akan hari kiamat. Sebagaimana dijelaskan Alquran:
اِنَّ السَّاعَةَ لَاٰتِيَةٌ لَّا رَيۡبَ فِيۡهَا وَلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ Artinya: "Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman." (QS Ghafir: 59).
Terkait ayat ini, para mufasir menjelaskan keingkaran manusia pada hari kiamat karena beberapa hal.
Yaitu sebagian manusia berpendapat bahwa kebangkitan manusia yang telah mati dan hancur setelah kiamat adalah mustahil.
Sebagian lainnya ingkar karena takut terhadap balasan yang akan diterima setelah hari kebangkitan. Mereka berpendapat bahwa kiamat tidak ada, sehingga kebangkitan manusia dari kematian juga tidak ada. Jika kebangkitan tidak ada, maka pertanggungjawaban terhadap semua amal di dunia juga tidak ada.
Orang-orang yang mengingkari hari kiamat berkeyakinan bahwa kehidupan dunia berakhir pada kematian dan tidak ada kehidupan lagi setelahnya.