REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Saat terjadi kiamat, seluruh alam semesta mengalami kehancuran total. Seluruh makhluk tidak ada yang tersisa. Seluruh manusia pun menemui kematiannya pada hari itu.
Lantas, bagaimana dengan fenomena kematian individu baik karena sakit, kecelakaan, terbunuh dalam perang atau perkelahian, atau karena sebab lainnya? Apakah yang demikian itu juga bisa dipahami sebagai kiamat?
Sebagian ulama membagi kiamat menjadi dua, yaitu kiamat besar (al-qiyamah al-kubra) dan kiamat kecil (al-qiyamah as sughra). Kiamat kecil adalah matinya orang per orang, sedang kiamat besar adalah yang bermula dari kehancuran alam raya. Semua benda yang ada di jagat raya rusak dan binasa.
Tidak ada satu pun baik di darat, laut maupun ruang angkasa yang masih utuh dan terhindar dari kehancuran. Semuanya rusak, hancur, mati tidak ada yang kekal kecuali Allah SWT. Dalam pengertiannya sebagai kiamat besar, kedatangan kiamat adalah niscaya. Saatnya pasti akan tiba dan tidak ada keraguan tentang kedatangannya. Dalam Alquran dijelaskan:
وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ ٱللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِى ٱلْقُبُورِ "Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur." (QS Al-Hajj: 7).
Dalam buku Kiamat dalam Perspektif Al Quran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI dengan LIPI dijelaskan ayat ketujuh dalam surat Al-Hajj itu menjelaskan bahwa kiamat atau yang disebut dengan istilah as-sa’ah pasti akan terjadi.
Saat itu semua yang ada di alam raya akan hancur, rusak, dan binasa. Tidak ada satu pun yang tetap utuh. Manusia juga punah, kematiannya tak terhindarkan. Semua yang hidup dimatikan.
“Setelah mati, semua manusia dibangkitkan. Mereka dihidupkan lagi untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatanya di dunia. Yang berbuat kebaikan akan menerima ganjaran baik, dan yang jahat akan menerima hukuman,” seperti dikutip buku tersebut.
Namun demkian kebanyakan di antara manusia ingkar dan tidak percaya akan hari kiamat. Sebagaimana dijelaskan Alquran.
اِنَّ السَّاعَةَ لَاٰتِيَةٌ لَّا رَيۡبَ فِيۡهَا وَلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يُؤۡمِنُوۡنَ "Sesungguhnya hari Kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman." (QS Ghafir: 59).
Terkait ayat ini, para mufasir menjelaskan keingkaran manusia pada hari kiamat karena beberapa hal. Yaitu sebagian manusia berpendapat bahwa kebangkitan manusia yang telah mati dan hancur setelah kiamat adalah mustahil.
Sebagian lainnya ingkar karena takut terhadap balasan yang akan diterima setelah hari kebangkitan. Mereka berpendapat bahwa kiamat tidak ada, sehingga kebangkitan manusia dari kematian juga tidak ada.
Jika kebangkitan tidak ada, maka pertanggungjawaban terhadap semua amal di dunia juga tidak ada. Orang-orang yang mengingkari hari kiamat berkeyakinan bahwa kehidupan dunia berakhir pada kematian dan tidak ada kehidupan lagi setelahnya.
Sementara kiamat kecil (al-qiyamah as-sugra) adalah peristiwa kematian manusia secara individual. Ketika seseorang meninggal, saat itu dapat dikatakan bahwa dia telah mengalami kiamat kecil, dan semua makhluk hidup pasti akan mengalami kematian.
Sebagian pakar berpendapat bahwa kiamat kecil tidak hanya menimpa manusia tetapi juga benda-benda di alam raya. Kehancuran yang berskala kecil seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir dan lainnya termasuk kiamat kecil.
Karena peristiwa itu menimbulkan kerusakan di lokasi kejadian. Adakalanya terjadi karena faktor alamiah yang tidak dapat dihindarkan, atau bisa juga karena perbuatan manusia yang merusak lingkungan.