REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Qoriah Internasional Mastia Lestaluhu mengatakan, pada dasarnya teknik mengeluarkan suara ketika bertilawah dengan bernyanyi memiliki kesamaan. Meski demikian sama, namun keduanya juga memiliki perbedaan.
Dalam bukunya berjudul Tanya Jawab Seputar Pertilawahan dijelaskan, hal yang membedakan antara seni tilawah dengan bernyanyi adalah falseto atau suara kecil. Dalam bidang tarik suara untuk seni nagham Alquran, tidak ada metode falseto dalam melafalkan bunyi nada rendah atau nada tinggi.
Dengan kata lain, para qori/qoriah lebih sering menggunakan head voice (suara kepala) agar dapat ‘memaniskan’ pelafalan bunyi ketika nada rendah maupun tinggi. Sedangkan dalam bernyanyi, pada kondisi tertentu sangat dianjurkan untuk menggunakan suara falseto agar penyajian vokal dapat lebih indah.
Untuk selanjutnya dia menyarankan kepada pembelajar seni tarik suara untuk dapat mempelajari pola-pola dasar teknik bersuara terlebih dahulu. Lalu kemudian barulah berpindah pada tingkat penjiwaan dalam mengalirkan bunyi.
Sebab biasanya, menurut dia, penjiwaan itulah yang mampu membawa pada keindahan menyajikan sebuah karya. Baik itu seni tilawah maupun seni bernyanyi. Untuk itu dia mengingatkan pentingnya aspek penjiwaan dalam sebuah seni bagi keduanya.