Rabu 11 Nov 2020 00:05 WIB

Pesan Rasulullah: Jangan Pesimistis Seperti Orang Jahiliyah

Tetaplah optimistis di tengah pandemi Covid-19.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
Pesan Rasulullah: Jangan Pesimistis Seperti Orang Jahiliyah. Pengurus masjid membagikan nasi boks usai melaksanakan shalat Jumat di Masjid Guru Amin, Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (23/10). Masjid tersebut mengadakan program sedekah jumat  dengan menyediakan 150 hingga 200 nasi boks bagi jemaah masjid dengan tujuan berbagi di tengah pandemi covid-19. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/thoudy Badai
Pesan Rasulullah: Jangan Pesimistis Seperti Orang Jahiliyah. Pengurus masjid membagikan nasi boks usai melaksanakan shalat Jumat di Masjid Guru Amin, Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta, Jumat (23/10). Masjid tersebut mengadakan program sedekah jumat dengan menyediakan 150 hingga 200 nasi boks bagi jemaah masjid dengan tujuan berbagi di tengah pandemi covid-19. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Dirasah Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mohammad Syairozi Dimyathi Ilyas, mengingatkan untuk tetap optimistis di tengah pandemi Covid-19 ini. Dia pun menyampaikan pesan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits terkait langkah menghadapi wabah penyakit yang menular.

Dalam hadits itu disebutkan, ada sahabat menanyakan ihwal bagaimana jika ada unta yang sehat tercampur dengan unta yang punya penyakit menular. Menurut sahabat itu, unta yang sehat tentu akan ikut tertular.

Baca Juga

Kemudian Rasulullah SAW bersabda, kalau memang tertular, lalu bagaimana dengan unta yang pertama kena penyakit menular itu, dan siapa yang menularkan kalau itu memang karena penularan. Syairozi menerangkan, hadits tersebut memberikan arahan agar jangan sampai karena adanya wabah lalu menimbulkan keyakinan seperti orang jahiliyah terdahulu bahwa penularan terjadi karena penyakitnya dan tidak ada campur tangan Allah SWT.

"Itu keyakinan orang-orang jahiliyah, seperti sesuatu yang membuat pesimistis. Maka jangan meyakini itulah yang menyebabkan satu-satunya menjadi bahaya. Akan tetapi kita harus yakin di atas itu semua adalah kehendak atau takdir Allah," kata dia saat mengisi webinar yang digelar UIN Jakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW bertajuk "Aktualisasi Akhlak Rasulullah SAW di Era pandemi Covid-19 Innama Khuluquhu Al-Qur'an", Selasa (10/11).

 

Sementara, dalam riwayat lain, terkait langkah menghadapi wabah, Rasulullah menyampaikan ketika ada wabah, maka larilah sebagaimana lari dari seekor singa. Syairozi menyadari, dua riwayat hadits memang agak bertolak belakang.

"Lalu para ulama mensinkronisasikan dua hadits itu, bahwa penularan itu ada tetapi semuanya adalah karena kekuasaan Allah SWT. Tidak boleh kita yakin bahwa yang menularkan itu adalah karena kumannya (penyakit menularnya), karena kalau hanya karena kuman itu, siapa yang menularkan pertama kali, tidak ada, maka pasti itu karena takdir Allah," jelasnya.

Syairozi mengingatkan, tidak ada yang bisa membahayakan seseorang kecuali apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan hanya pada Allah harus bertawakal. Rasulullah pun bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah RA, bahwa wabah merupakan azab kepada mereka yang dikehendaki Allah SWT yaitu mereka yang tidak percaya kepada Allah SWT dan tidak punya keyakinan bahwa itu adalah takdir Allah.

Orang-orang itu akan merasa bahwa wabah tersebut merupakan bencana buat dirinya. Sedangkan bagi orang Mukmin, wabah menjadi rahmat atau kabaikan untuk dirinya. Sehingga kalau terkena wabah maka menjadi rahmat dan bisa menghapus dosa-dosanya. Kalaupun meninggal karena wabah, maka menjadi syahid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement