REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah ke bumi untuk menyebarkan agama Islam. Dalam rentang waktu 23 tahun, beliau kemudian berhasil membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Dikutip dari buletin Tanwirul Afkar, Katib Ma’had Aly Situbondo Ustaz Khairuddin Habziz mengungkapkan bahwa As-Syahid Syekh Ramadhan Al Buthy dalam kitab Fiqh Sirah-nya telah menyebutkan tiga langkah kesuksesan Nabi dalam dakwah Risalah Islamiyah.
Pertama, yaitu membangun masjid (Bina’ul Masjid). Menurut Ustadz Khairuddin, Rasulullah tentu tidak haya membangun masjid secara fisik, tapi juga memakmurkan dan memberdayakannya. Menurut dia, masjid saat itu benar-benar menjadi pusat pergerakan penataan dan perbaikan umat dengan segala demensinya. Dari persoalanan keagamaan hingga persoalan kenegaraan.
Kedua, Rasulullah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar (At-ta’akhi bainal Muhajirin wal Anshar). Menurut Ustadz Khairuddin, dua elemen masyarakat Madinah ini lah yang kelak akan menjadi penunjang utama dakwah Nabi. Persaudaran sejati yang dibangun berada dalam visi dan misi yang sama, yaitu la aisya illa aisyal akhirah. Artinya, tidak ada kehidupan hakiki kecuali kehidupan akhirat.
Ustadz Khairuddin menjelaskan, persaudaraan yang dilukiskan Nabi ibarat sebatang tubuh yang akan turut merasakan penderitaan saat ada salah satu anggotanya yang sakit. Sebagai makhluk sosial, membangun kebersamaan, tepo selero, persatuan dan kesatuan adalah keniscayaan dalam menggapai keberhasilan
Langkah yang ketiga, Rasululullah membangun relasi dengan semua pihak di luar Islam (Al alaqoh ma’a ghairil muslimin. Menurut Ustaz Khairuddin, dalam dakwahnya Rasulullah berkenan mengajak semua kalangan dengan latar belakang yang berbeda untuk bersama-sama menghadirkan kemaslahatan bagi umat manusia.
Dia mengatakan, perbedaan dan keragaman sejatinya adalah rahmat dan modal kekuatan yang dahsyat jika dikelola dengan baik. Sebaliknya, kata dia, hal itu juga bisa menjadi bom waktu jika salah dalam memenejnya.
Menurut Ustaz Khairuddin, tiga simpul kekuatan inilah yang seharusnya menjadi teladan bagi para agen perubahan, baik tokoh agama, tokoh masyarakat dan para pemimpin negara dalam menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.