REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Secara zahir (kasat mata), alam semesta memang berupa kenikmatan dengan pernak-pernik duniawi di dalamnya. Seorang hamba dianjurkan tidak tertipu darinya.
Ibnu Athaillah dalam kitabnya Al-Hikam berkata: “Al-akwaanu zhaahiruha ghirratun wa baathinuha ‘ibratun, fa an-nafsu tanzhuru ila zhaahiri ghirratiha, wal-qalbu yanzhuru ilaa baathini ‘ibratiha,”.
Yang artinya: “Secara zahir, semesta ini merupakan tipu daya, sementara secara batin dunia adalah sebuah pelajaran. Nafsu selalu mengambil kesempatan pada zahirnya yang menipu. Sementara hati selalu memandang pada batinnya yang senantiasa memberi pelajaran.
Menurut Ibnu Athaillah, alam semesta sering membuat jiwa tertipu sebab keindahan dan kilauannya. Namun sejatinya dari sisi batin, alam semesta ini sesungguhnya adalah objek untuk diambil pelajaranya dengan dijauhi karena keburukan, kehinaan, dan kefanaannya.
Alam semesta ini indah jika dipandang, namun buruk jika direnungkan. Maka jangan melihat dunia secara zahirnya saja, dalami bentuk batin dari dunia yang penuh tipu daya ini.