REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad memang teladan, bahkan di masa beliau melewati fase remaja yang kerap digelayuti gelora jiwa muda. Seberapapun bergejolaknya itu, Allah melindungi Nabi dari gempita masa remaja.
Dalam kitab Muhammad Sang Teladan karya Abdurrahman As-Syarqawi dijelaskan, suatu ketika di masa remajanya, Nabi Muhammad berprofesi sebagai penggembala kambing di siang hari. Sedangkan pada malam hari, Nabi bermuhasabah dan merenungi tentang fenomena serta realitas sosial yang mengelilinginya.
Akhirnya di saat beliau tengah menggembala kambing bersama teman sebayanya, dan secara spontanitas dari kejauhan ia mendengar bunyi rebana. Nabi pun berkata kepada temannya agar berhenti terlebih dahulu menggembalakan kambing sebab ia ingin sekali tiba di Makkah (pusat).
Maka Nabi pun pergi ke rumah yang sedang menyelenggarakan tabuh rebana itu. Ternyata di rumah itu ada pesta perkawinan yang dimeriahkan dengan berbagai macam hiburan musik. Setelah beliau sampai di rumah yang dituju maka rasa lelah pun bergelayut. Semalaman Nabi bersandar pada tembok, beliau mengantuk dan terlelap dalam keletihan dan pada akhirnya tidak mengikuti jalannya hiburan itu.
Ketika Nabi terbangun dari tidurnya, Nabi tak habis berpikir bagaimana mungkin ia meninggalkan gembalannya hanya karena ingin menikmati tontonan gratis di pesta tersebut? Atas kejadian itu, Nabi pun bersyukur rasa kantuk tiba-tiba bergelayut dan memusnahkan gelora jiwa mudanya yang terpikat dengan hiburan.
Dari peristiwa itu, Nabi pun bertekad hendak beristri saja daripada harus terjerumus pada ‘kenakalan’ remaja yang dapat merusak pribadinya. Maka Nabi pun segera mencurahkan jiwa raganya dalam totalitas pekerjaannya.