REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Keluarga Ali bin Abu Thalib senantiasa berhubungan dengan baik dengan Abu Bakar as-Shiddiq.
Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, semasa kepemimpinan Abu Bakar, Ali tidak pernah absen dalam sholat lima waktu berjamaah di masjid dan menjadi makmum sang Khalifah. Ini merupakan bukti bahwa Ali mengakui dan mematuhi kepemimpinan Abu Bakar.
Pada masa itu, Ali menjabat sebagai sekretaris sekaligus penasihat Abu Bakar. Adapun di luar itu, Ali adalah seorang guru yang mengajarkan fiqih kepada kaum Muslimin.
Ali melakukan hal itu untuk memperlihatkan kepada semua orang bahwa hubungannya dengan Abu Bakar sangat harmonis dan kompak. Itu pula yang diketahui al-Hasan dan al-Husain terkait hubungan orang tua mereka dengan Sang Khalifah.
Itu dari pihak Ali. Sedangkan dari pihak Abu Bakar, ia selalu menyeru semua orang agar mencintai Nabi ﷺ dan keluarga beliau. Ia berkata:
عَنْ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ ، قَالَ : ارْقُبُوا مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَهْلِ بَيْتِهِ "Jagalah hak-hak Muhammad dengan menunaikan hak-hak keluarga beliau." (HR Al-bukhari).
Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari menuturkan bahwa, Abu Bakar berwasiat agar setiap orang menjaga hak-hak Rasulullah (dengan menunaikan hak-hak Ahlul Bait). Hal itu disimpulkan dari kata muraqabah yang artinya menjaga sesuatu.
Melalui pesannya itu, Abu Bakar ingin mengingatkan bahwa tidak ada seorang pun yang boleh menyakiti dan mencela Ahlul Bait (Fathul Baari).
An-Nawawi dalam Riyadh as-Shalihih, menjelaskan, "Makna urqubuhu adalah jagalah hormatilah, dan muliakanlah dia (Nabi).”
Hubungan antara Abu Bakar dan Ahlul Bait semakin mesra melalui ikatan perkawinan (besan) antara keluarganya dan keturunan Ahlul Bait. Dia sangat mencintai dan menghormati Ahlul Bait sehingga keharmonisan dan sikap saling percaya di antara mereka kian mengental.
Dari sini sulit dibayangkan, bahkan mustahil dikatakan, ada api di dalam sekam. Tidak mungkin mereka saling memendam benci, apalagi sampai bermusuhan secara terang-terangan. Sehingga, jelas sekali kebohongan yang disebarkan oleh para orientalis dan para pengikutnya melalui cerita-cerita fiktif mereka.
Ali dalam kapasitasnya sebagai pemimpin Ahlul Bait dan ayah dari dua cucu Rasulullah ﷺ sering menerima hadiah dari Abu Bakar. Kepada Ali, Abu Bakar pernah menghadiahkan ash-Shahba, tawanan perempuan dalam Perang Ainut Tamr.
Darinya Ali dikaruniai dua orang anak, Umar dan Ruqayyah. Abu Bakar juga menghadiahinya Khaulah binti Ja’far bin Qais, tawanan perempuan dalam Perang Yamamah. Darinya Ali dikaruniai Muhammad bin al-Hanafiyah, anak laki-lakinya yang terbaik setelah al-Hasan dan al-Husain (Thabaqat Ibnu Sa'ad).
Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa Ali dan anak-anaknya sering menerima hadiah dari Abu Bakar, termasuk seperlima harta ghanimah dan fai yang dahulu menjadi hak Rasulullah. Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Ali diberi kewenangan untuk mengatur pembagiannya.
Kecintaan dan kesetiaan Ali kepada Abu Bakar dibuktikan dengan banyak hal. Di antaranya, beliau menamai salah seorang anaknya Abu Bakar. Abu Bakar bin Ali terbunuh bersama al-Husain di Karbala.