REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sahabat Nabi Muhammad SAW yang empat, yakni Abu Bakar Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib merupakan generasi awal kepemimpinan Islam yang patut dicontoh oleh pemimpin sekarang. Mereka memandang jabatan merupakan suatu musibah bukan kesempatan, apalagi anugerah dari langit.
"Mereka amat takut dengan jabatannya itu menjadi khianat terhadap rakyat, sehingga mereka sangat hati-hati menjalankan amanat rakyat tersebut," kata Ibnu Hasan Bisry At-Turjani dalam bukunya Hamba-hamba yang Selamat dari Tipu Daya Musuhnya.
Mereka para sahabat Rasulullah itu memegang teguh pesan-pesan Nabi Muhammad Rasulullah baik lisan maupun perbuatan. Pesan lisan yang mereka pegang teguh adalah sabda Nabi Muhammad SAW.
"Khianat paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya." (HR. Ahmad).
Ibnu Hasan Bisry At-Turjani, mengatakan, pemimpin sekarang banyak yang memiliki penyakit, salah satunya penyakit pemimpin adalah ingin populer dan terkenal. Penyakit populer ini merupakan penyakit kronis yang telah menjangkit berbagai lapisan masyarakat.
Sifat ini sebenarnya sudah ada sejak adanya umat manusia, namun dengan versi yang berbeda-beda sesuai kondisi zaman. Sifat ini juga mengakibatkan semua amal baik hilang tak berbekas alias tidak mendapat pahala. Jika diamati secara seksama, sifat ingin populer dan tersohor tidak lain adalah ingin mendapat pujian dan sanjungan dari manusia belaka.
"Maka inilah yang disebut riya memamerkan amal," katanya.
Seorang pemimpin bila telah dihinggapi penyakit populer atau ingin terkenal, maka ia akan rela menjual rakyatnya demi mendapat ketenangan di seluruh dunia. Demi populer juga ia berani menghamburkan uang negara dengan tidak pada tempatnya.
"Padahal, rakyat sedang mengalami kesulitan sedang pemimpinnya bermewah-mewahan dan berlebihan dalam hal pakaian perabotan dan kendaraan," katanya.
Rakyat yang sedang menderita dengan perlakuan itu semakin tertindas dengan beban kehidupan yang sudah berat kian hari kian bertambah, beban pajak semakin tinggi, harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan terus-menerus. Adakah pernah sedikitpun terpikirkan oleh para pemimpin?
Inilah akibat budaya ingin populer telah merambah ke dalam sendi-sendi kehidupan para pemimpin bercorak jahiliyah," kata At-Turjani.
Pemimpin seperti inilah yang terang-terangan menjual nama rakyat dan meremehkan agama demi kehidupan dunia. Demi jabatan, agama dijadikan alat, agama dijadikan kedok dan dijadikan perisai untuk menutupi kebejadan moralnya. Inilah pemimpin zalim yang termasuk golongan temannya Firaun Laknatullah di Padang Mashar. Ia akan digiring di bawah panji-panji para pemimpin dzalim.
"Wahai saudaraku, ingatlah akan pengadilan Allah yang Maha Adil. Di sana kepemimpinan akan dimintai pertanggungjawaban dan jabatanmu itu tidaklah akan bisa menolongmu dihadapan Allah yang menguasai segala kerajaan langit dan bumi," katanya