Selasa 13 Oct 2020 06:20 WIB

Rasulullah Beri Contoh Cara Hadapi Krisis

Dalam krisis, Rasulullah selalu musyarawah dan dengarkan pendapat sahabat dan ahli

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad Saw bukanlah seorang tabib, bukan pula seorang apoteker. Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah Swt yang diutus untuk menyampaikan ajaran Allah dalam semua aspek kehidupan, baik untuk umat di zamannya maupun umat setelahnya.

Meskipun Rasulullah Saw tidak mengalami Pandemi Covid-19 yang melanda manusia di seluruh dunia saat ini, tapi ada banyak contoh yang telah Rasulullah Saw ajarkan saat menghadapi kondisi tertentu.

Pertama, di musim penghujan, Rasulullah Saw menyarankan orang-orang untuk sholat Jumat di rumah. Kedua, saat terjadi wabah, Rasulullah Saw meminta orang untuk karantina.

Ketiga, Rasulullah Saw juga menyuruh mereka untuk menjaga jarak sosial dengan tidak mengunjungi atau meninggalkan daerah tersebut. Keempat, Rasulullah Saw memastikan bahwa selama masa social distancing, komunitas mengumpulkan sumber dayanya untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Kelima, Rasulullah Saw membuka kas negara untuk tujuan itu dan mengimbau masyarakat untuk menyumbang dengan murah hati. Keenam, Rasulullah Saw juga membuka dapur umum untuk memberi makan mereka yang tidak mampu mengurus diri sendiri.

Ketujuh, Rasulullah Saw menunjuk tim relawan untuk memfasilitasi pencairan kebutuhan hidup tepat waktu. Kedelapan, Rasulullah Saw menasihati para pedagang dan pedagang untuk tidak menimbun atau mencungkil harga selama masa krisis.

Sembilan, Rasulullah Saw mendesak orang untuk berkonsultasi dengan ahli medis. Sepuluh, Rasulullah Saw juga berpesan untuk hidup bersih, tidak terbatas hanya mencuci tangan lima kali sehari dengan berwudhu tapi juga menyarankan kebersihan fisik total.

Sebelas, Rasulullah Saw juga menyarankan agar tidak membuang sampah sembarangan dan memerintahkan agar dibuang di tempat sampah dengan aman.

Dilansir dari About Islam pada Senin (12/10), Aslam Abdullah mengatakan, bahwa menjadi seorang pemimpin adalah bagaimana ia bisa menjaga kesucian dan pelestarian hidup, terutama di saat krisis. Dalam kondisi krisis tersebut, Nabi Muhammad selalu bermusyarawah dan mendengarkan pendapat para sahabatnya.

Pada masa Nabi Saw, belum ada laboratorium atau rumah sakit, tetapi ada dokter, perawat, dan apoteker sehingga Nabi menyuruh para sahabatnya untuk mencari dan mengunjungi mereka. Termasuk mencari ahli di bidang anatomi manusia, herbologi, dan kondisi iklim dalam mencari obat untuk wabah. Selanjutnya mendorong para ahli untuk melakukan penelitian.

Rasulullah bersabda, "Allah telah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia telah menciptakan obat bagi setiap penyakit, jadi (carilah obat), tetapi jangan gunakan apa pun yang melanggar hukum," (Sunan Abu Dawud)

Ketika menghadapi masalah penyakit menular, untuk meredakan penyebarannya, Rasulullah Saw memerintahkan orang yang terinfeksi untuk diisolasi. Setelah kematian seseorang, Rasulullah Saw memerintahkan agar segera dilakukan penguburan dan apabila almarhum menderita penyakit menular, keluarga diminta untuk tidak mengekspos jenazah di tempat umum seperti masjid atau lapangan umum.

Terakhir, Alquran mengingatkan agar senantiasa mengingat Allah dalam menghadapi setiap situasi. Karena sesungguhnya, setiap orang akan kembali kepada Sang Pencipta suatu hari nanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement