REPUBLIKA.CO.ID, Banyak kisah tentang raja-raja atau pun pemimpin perang yang memilih kabur ketika pasukannya terpojok oleh musuh di medan pertempuran. Tetapi itu tidak berlaku bagi Rasulullah. Meski pasukan Muslim telah terpojok dan hampir kalah, Rasulullah tidak pernah meninggalkan mereka.
Rasulullah justru menunjukan bagaimana seorang Jendral perang bersikap, bagaimana seorang pemimpin dapat memompa kembali semangat pasukannya bahkan hingga berkali-kali lipat sampai bisa keluar dari tekanan musuh. Inilah yang terjadi ketika perang Hunain meletus.
Dikutip dalam buku Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggaan Umat Manusia karya Muhammad Fethullah Gulen, ketika perang Hunain meletus, pasukan Islam tampak kacau dan tak karuan. Pada saat itu semua pihak hampir yakin bahwa akhir dari pertempuran adalah kekalahan di pihak pasukan muslim.
Tapi ditengah situasi genting itu, tiba-tiba Rasulullah memacu kudanya. Sahabat Abbas sempat mencoba menghentikan kuda yang ditunggangi Rasulullah itu. Tetapi Rasulullah terus memacu lari kudanya ke arah barisan musuh seraya berteriak dengan suara menggelegar. 'Aku adalah nabi. Bukan sebuah dusta. Aku adalah anak Abdul Muthalib'
Keberanian Rasulullah itulah yang akhirnya menyatukan pasukan Islam dalam waktu singkat sehingga membalikkan keadaan mereka yang semula terancam kekalahan menjadi kemenangan gemilang.