REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Peran teman di kehidupan seseorang sangat sentral. Namun, memilih teman sejati tidak dapat disamakan layaknya memilih hal yang remeh.
Ibnu Athaillah As-Sakandary dalam kitabnya Al-Hikam menjelaskan, bahwa mereka yang tetap bersahabat denganmu walau mereka telah mengetahui aibmu. Yang bisa bersikap demikian hanyalah Allah SWT.
Ibnu Athaillah berkata: “Maa shahibaka man shahibaka wa huwa bi’aibuka alimun, wa laysa dzalika illa maulaka, khairu man tashabu man yathlubu laa li-syai’in ya’udu minka ilaihi,”. Yang artinya: Sahabat sejati adalah yang tetap bersahabat denganmu meski telah mengetahui aibmu, dan itu tidak lain hanyalah Tuhanmu Yang Mahapemurah. Sahabat paling baik adalah yang sama sekali tidak berharap sesuatu apapun darimu,”.
Sementara itu, kata Ibnu Athaillah, orang-orang yang menemani seseorang dan kebodohannya, sesungguhnya dia bukanlah sahabat sejatimu. Sebab ia tak kuasa melihat kekurangan dan aibmu. Ia tak akan mampu bersabdar menanggungnya.
Meskipun bersabar, pasti ada tendensi dan tujuan yang diinginkannya. Sahabat terbaik adalah orang yang tidak menuntut apa-apa darimu, dan yang bisa benar-benar berbuat demikian hanyalah Tuhanmu atau orang yang berakhlak seperti akhlak yang diperintahkan-Nya.