REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam dijuluki sebagai agama yang damai. Namun, apa yang membuat Islam lebih pantas menerima gelar tersebut daripada agama lain?
Dalam artikel di About Islam, seperti dilansir Kamis (1/10), Daud Matthews memberikan penjelasan tentang Islam sebagai agama yang damai dan mengapa Islam pantas dijuluki demikian. Matthews merupakan mualaf yang memeluk Islam pada 1970. Pria Inggris kelahiran 1938 itu menikah di Pakistan pada 1973.
Matthews mempelajari fisika dan kemudian meraih gelar Chartered Engineer. Ia juga merupakan anggota dari British Computer Society dan Institute of Management. Awalnya dia bekerja di laboratorium penelitian fisika, kemudian dia pindah ke manajemen komputer pada 1971.
Dia tinggal dan bekerja di Arab Saudi dari 1974 hingga 1997. Pertama, dengan Universitas Perminyakan dan Mineral di Dhahran, dan kemudian dengan Universitas Raja Saud di Riyadh. Ia terlibat dalam dakwah sejak 1986.
Dalam penjelasan yang ia sampaikan, Matthews mengatakan setiap agama terdapat perbedaan dalam praktik para penganutnya, karena perbedaan yang digambarkan secara geografis atau budaya. Namun, untuk mempelajari agama perlu melihat sumbernya. Dalam Islam, sumber tersebut adalah Alquran, yang merupakan firman Allah, dan Sunnah (ucapan dan praktik kebiasaan Nabi Muhammad SAW).
Menurutnya, kedua sumber tersebut harus dicari secara menyeluruh dengan pikiran terbuka hingga sampai pada pemahaman yang benar tanpa beban budaya. Para ulama Muslim telah mengklasifikasikan hadits-hadits Nabi SAW menjadi asli, kuat, lemah dan palsu. Dikatakannya, hanya hadits yang asli dan kuatlah yang dapat dikutip untuk putusan hukum.
"Jika kita melihat Alquran dengan pikiran terbuka, kita akan menemukan Islam adalah agama yang damai dan pengampunan serta semua nilai moral yang tinggi," kata Matthews.
Ia melanjutkan, pemahaman dasar Islam sebagai agama adalah perdamaian. Menurut terminologi Alquran dan bahasa khususnya, kata 'percaya' (Aaman) memiliki dua arti tergantung pada konteks penggunaannya: Anda dapat percaya (Aamana be…) atau Anda percaya atau mempercayai orang lain (Aamana le...).
Selain itu, karena pemahaman kepercayaan (Barat) yang biasa menyiratkan beberapa elemen keraguan, pemahaman Islam tentang Aaman berkaitan dengan kepastian atau tingkat kepastian. Kebalikannya adalah ketidakpastian daripada keraguan.
Makna pertama (untuk percaya) terkait dengan iman seperti dinyatakan dalam Alquran surah 2:285, yaitu "Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat"".
Dengan demikian, kata 'percaya' berarti memiliki iman yang mengakar dalam hati tentang hubungan antara manusia dan Tuhan. Sedangkan makna kedua dari "percaya atau mempercayai orang lain' mengacu pada hubungan dengan orang. Hubungan ini menyiratkan ketika seseorang aman dan terjamin, maka orang-orang mempercayainya. Alquran menyebut orang-orang seperti itu sebagai orang beriman karena mereka dapat dipercaya oleh masyarakat.