REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kitab Al-Hikam, Ibnu Athaillah menuliskan sejumlah munajat yang penuh dengan hikmah kebijaksanaan. Salah satunya adalah munajat tentang menghadapi cobaan.
Ibnu Athaillah menyebut: "Ilahi inna-khtilafa tadbirika, wa sur’ata hululi maqadirika, mana’aa ‘ibadakal-arifina bika min as-sukuni ila ‘athaa’in, wal-ya’si minka fi bala’in,”. Yang artinya: “Tuhanku, sesungguhnya perubahan aturan-Mu dan cepatnya ketentuan-Mu menghalangi hamba-hamba yang arif untuk tetap tenang dalam menghadapi pemberian atau putus asa di dalam menghadapi cobaan,”.
Dijelaskan, perubahan keputusan atau pergantian takdir Allah ada kalanya terjadi sangat cepat. Bisa saja hari ini seorang hamba ditetapkan menjadi fakir, namun Allah kemudian mengubahnya menjadi kaya. Begitu pun sebaliknya.
Dan bisa juga, apabila hari ini terdapat seorang hamba yang sakit, lalu Allah mengubah ketetapan-Nya dan menjadikan seorang hamba itu sehat. Begitu juga sebaliknya.
Cepatnya pergantian takdir itu membuat para hamba-Nya yang arif tidak begitu saja tenang dengan karunia Allah yang mereka terima. Oleh karena itu, jika diberi karunia duniawi seperti harta atau diberi karunia spiritual, mereka tidak begitu memedulikannya.
Sebab di mata mereka, semua itu pasti sirna bahkan akan berubah menjadi sebaliknya. Hal yang hanya mereka pedulikan hanyalah tentang Allah SWT, ada atau tidaknya karunia-karunia itu.
Cepatnya perubahan takdir Allah itu membuat para hamba Allah yang arif tidak mudah berputus asa dalam menghadapi cobaan. Oleh karena itu, jika diberi cobaan fisik seperti rasa sakit atau kemiskinan atau diberikan cobaan spiritual seperti godaan maksiat, mereka tidak pernah patah harapan menanti hilangnya semua cobaan itu.