REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al-Quddus (القدوس), (Maha Suci) adalah satu dari Asma Al Husna yang dipunyai Allah. Kata dasar dari Al Quddus adalah Qaddasa yang artinya menyucikan dan menjauhkan dari kejahatan, bisa pula diartikan membesarkan dan mengagungkan.
Al Quddus dalam Al Qur’an ada pada urutan keempat dalam urut-urutan Al Asma Al Husna setelah sebelumnya menyebut Ar Rahman, Ar Rahim dan Al Malik. Ini bisa dilihat dalam surat Al Hasyir ayat 23:
“Dialah Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Raja (Al Malik) Yang Maha Suci (Al Quddus) Yang Maha Sejahtera Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara keselamatan Yang Maha Perkasa Yang Maha Kuasa Yang Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”
Sedangkan penyebutan Ar Rahman dan Ar Rahim ada pada ayat sebeliumnya, Al Hasyr ayat 22: “ Dialah Allah tidak ada tuhan selain Dia. Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih (Ar Rahman) Maha Penyayang (Ar Rahim).
Tentang kemahasucian Allah ini ditegaskan dalam tasbih pada akhir ayat Al Hasyr 23, Maha Suci Allah dari apa yang mereka perekutukan. Tentang bertasbih (memahasucikan Allah) ini juga dapat dilihat dalam surat Al Jumu’ah ayat 1:
“Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah Maha Kuasa (Raja), Yang Maha Suci Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana”.
Bertasbih (memahasucikan Allah) bisa dilakukan dengan lisan dengan mengucap Subhanallah, tetapi juga harus dilakukan dengan tindakan nyata agar tindakan-tindakan yang dilakukan tidak mengarah pada hal-hal yang mensekutukan Allah.
Beberapa tindakan atau ucapan yang harus dilakukan dalam bertasbih ini dapat dilihat dalam surat Al Ikhlas:
“Katakanlah (Muhammad) “Dialah Allah Yang Maha Esa” (1) Allah tempat meminta segala sesuatu (2) (Allah) tidak beranak dan tidak diperanakkan (3). Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia (4).”
Dengan demikian tindakan yang bertentangan dengan ayat-ayat di atas merupakan tindakan yang tidak mensucikan atau memahasucikan asma Allah. Tindakan demikian tergolong tindakan mensekutukan Allah. Sedangkan mempersukutukan Allah merupakan kezaliman yang besar sebagaimana termaktub dalam surat Luqman ayat 13: “Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya. “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Misalnya perkataan yang mengatakan Allah mempunyai anak, ucapan sebaliknya dari ayat 3 surat Al Ikhlas. Ini digolongkan kepada tidak mensucikan asma Allah. Ini bisa dilihat di dalam surat Al Baqarah ayat 116: “Dan mereka berkata, “Allah mempunyai anak”. Maha Suci Allah, bahkan milik-Nyalah apa yang di langit dan di bumi. Semua tunduk kepada-Nya”.
Sebagai mahluk ciptaan Allah, kewajiban kita untuk bertasbih, memuji dan mensucikian Asma Allah serta menghindari tindakan yang mempersekutukan Allah. Waallahu’alam bishowab.
Sumber: Majalah SM Edisi 20 Tahun 2016
https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/07/02/bertasbih-kepada-al-quddus/