REPUBLIKA.CO.ID, MADINDAH -- Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya yang berjudul Ad-Da' u wa ad- Dawa' (Terapi Penyakit Hati) menuliskan, Ibnu Abid Dun-ya menyebutkan dalam kitab al-Mujaabiin fid Du'aa, dari al-Hasan, dari [Anas bin Malik], ia berkata:"Ada salah seorang Sahabat Nabi Muhammad dari kalangan Anshar yang diberi kun-yah (julukan) Abu Mi'laq. Ia adalah seorang yang rajin beribadah dan wara' sekaligus sebagai pedagang yang berniaga dengan harta pribadinya maupun harta orang lain di berbagai tempat.
Suatu kali ia bertemu seorang perampok bersenjata di tengah perjalanannya.
"Letakkan barang-barang yang kau bawa! Sungguh, aku akan membunuhmu!" kata perampok.
"Mengapa Anda menginginkan darahku? Urusanmu hanyalah pada harta," jawab Abu Mi'laq.
"Hartamu akan menjadi milikku, tetapi aku juga menginginkan darahmu!" tegas perampok itu.
"Jika Anda tetap ingin membunuhku, maka izinkanlah aku shalat empat rakaat terlebih dahulu," kata Abu Mi'laq.
"Shalatlah sesuai dengan keinginanmu," seru perampok tadi.
Abu Mi'laq lalu berwudhu' dan shalat empat rakaat. Di antara do'a yang ia panjatkan di akhir sujudnya adalah:
"Wahai Yang Maha Pengasih, Wahai Pemilik 'Arsy yang Mulia, Wahai Yang Mahakuasa untuk berbuat apa yang Dia kehendaki; aku memohon kepada-Mu dengan keperkasaan-Mu yang tidak dapat dijangkau, dengan kerajaan-Mu yang tidak mungkin diraih, dengan cahaya-Mu yang memenuhi sudut-sudut 'Arsy-Mu; lindungilah aku dari kejahatan perampok ini. Wahai Yang Maha Penolong, tolonglah aku. Wahai Yang Maha Penolong, tolonglah aku." Ia mengulanginya sebanyak tiga kali.
Tiba-tiba, datanglah seorang penunggang kuda dengan membawa sebilah tombak pendek di tangannya. Ia meletakkan tombak tersebut di antara kedua telinga kudanya. Saat perampok tadi melihatnya, ternyata penunggang kuda itu sudah menu juke arahnya lalu menikam dan membunuhnya.
Selanjutnya, ia menghampiri Abu Mi'laq dan menyapanya: "Berdirilah." "Ayah ibuku sebagai tebusanmu, siapakah Anda? Hari·ini Allah telah menolongku dengan perantaraanmu," tanya Abu Mi'laq.
Penunggang kuda menjawab: "Aku adalah Malaikat penghuni langit keempat. Saat engkau mengucapkan do'a yang pertama, aku mendengar suara gemerincing di pintu-pintu langit. Saat engkau meng-ucapkan do' a yang kedua, aku mendengar suara yang sangat bising pada
penduduk langit. Lalu engkau mengucapkan do'a yang ketiga, hingga dikatakan kepadaku: 'Ini adalah do'a orang yang ditimpa bencana.' Selanjutnya, aku meminta kepada Allah untuk menyerahkan urusan pembunuhan perampok tadi kepadaku."