REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Salman Al Farisi adalah sahabat Rasulullah yang cerdik ahli strategi perang. Salah satu strategi Salman yakni membuat parit untuk melindungi kaum Muslimin dari serangan musuh kaum Musyrikin.
Dikisahkan dalam buku "Kisah Istimewa Asmaul Husna" karangan Aan Wulandari, ketika itu kaum musyrikin tak henti-hentinya membenci Rasulullah Saw dan kaum Muslimin. Apalagi, mereka beberapa kali kalah dalam peperangan.
"Akhirnya terbentuk pasukan gabungan dari berbagai suku di Jazirah Arab. Mereka berniat menyerang kaum muslimin di Madinah," katanya.
Mendengar berita ini Rasulullah Saw sangat khawatir. Pasukan yang sangat besar ini akan sangat membahayakan kaum muslimin di Madinah jika dibiarkan. Maka, Rasulullah segera segera melakukan musyawarah untuk membahas strategi pertahanan.
Di sinilah Salman Al-Farisi mengajukan usulan kepada Rasulullah, agar bagaimana ikhtiar bertahan dari serangan musuh. Ketika itu Salman berkata. "Wahai Rasulullah sesungguhnya dulu ketika kami di negeri Persia, apabila kami dikepung musuh, maka kami membuat parit di sekitar kami," kata Salman.
Usulan yang sangat tepat ini adalah strategi baru! Cara ini belum pernah dikenal oleh bangsa Arab sebelumnya. Rasulullah dan para sahabat menerima usulan itu.
"Tentunya, musuh belum mengetahuinya dan tidak memperhitungkan dalam strategi perang mereka," kata Aan.
Benar saja, ketika kaum musyrikin sampai di Madinah, mereka kebingungan. Mereka hanya bisa mengelilingi parit sambil menggerutu karena kesulitan untuk melangkahi Parit.
"Mereka berupaya mencari celah sebagai pintu masuk ke Madinah," katanya.
Sementara itu kaum Muslimin terus menghujani mereka dengan anak panah. Selama kurang lebih sebulan, kaum Musrikin hanya bisa bertahan di seberang parit tanpa bisa masuk ke Kota Madinah. Hingga akhirnya Allah turunkan angin yang sangat kencang dan udara dingin.
"Kemah para kaum musrikin pun hancur tempat bekal makanan pun rusak," katanya.
Kaum musyrikinpun kembali mengalami kekalahan atas pasukan Muslim. Aan Wulandari menuturkan, bahwa kisah ini dikaitkan dengan nama-nama Allah yakni Al-Badiiu artinya (Maha Pencipta yang Baru)
Dalam surh Ar-Ruum ayat 27 yang artinya."Dan Dilah memulai penciptaan, kemudian mengulangnya kembali...."
Makna dari ayat 27 Ar-Ruum di atas adalah Allah menciptakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Contohnya adalah alam semesta. Belum pernah ada alam semesta sebelumnya. Inilah bukti Allah Maha Pemula.
"Hikmah dari kisah ini teruslah menemukan sesuatu yang baru, kembangkan daya kreasi kita dan semoga menjadi ilmu yang bermanfaat," katanya.