REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan syiar Islam kerap menghadapi tantangan dari kaum musyrikin. Di antara mereka yang begitu sengit memusuhi beliau ialah 'Utbah bin Rabi'ah.
'Utbah merupakan tokoh kabilah Bani 'Abd Syams. Seperti Abu Jahal, ia begitu dihormati kaum Quraiys Makkah. Ketokohannya membuat dakwah Islam pada masa awal sangat sukar berjalan terang-terangan. Saudara Syaibah itu dengan vokal selalu mengagung-agungkan paham nenek moyang, yakni menyembah berhala. Dia mengecam dan mengancam siapapun yang menyebarkan ajaran tauhid.
Dalam sejarah Islam, 'Utbah bin Rabi'ah dikenal sebagai musuh yang bermulut besar. Ia selalu berkoar-koar untuk melawan Rasulullah SAW. Bahkan, pernah ia sampai bersumpah akan membunuh beliau shalallahu 'alaihi wasallam.
Nabi SAW sendiri mengharapkan, hidayah Illahi akan menerangi hati 'Utbah. Satu momen menjadi bukti besarnya harapan beliau akan keislaman sang pemuka Quraisy.
Rasulullah SAW waktu itu bergegas menerima 'Utbah yang datang menemuinya. Padahal, Abdullah bin Ummi Maktum sedang menjadi tamu beliau. Teguran Allah SWT pun turun melalui surah 'Abasa.
Mulut besar
Perang Badar menjadi pertempuran pertama antara kaum musyrikin dan Muslimin, yang kala itu sudah hijrah ke Madinah. Orang-orang kafir sangat yakin bahwa mereka akan dengan mudah memadamkan kekuatan Islam. Sebab, mereka secara jumlah lebih banyak daripada pengikut Rasulullah SAW.
Sesungguhnya, 'Utbah bin Rabi'ah turut serta dalam Perang Badar karena terpaksa. Ia sudah merasa dirinya tua renta, tak kuat lagi memanggul senjata. Akan tetapi, Abu Jahal terus memprovokasinya agar ikut ke medan pertempuran. Belakangan, 'Utbah menyesali keputusannya dan menganggap Abu Jahal sebagai "si pembawa sial."
Di Lembah Badar, dua pasukan bertemu. Pihak musyrikin menyerukan kubu Muslimin agar berduel satu lawan satu terlebih dahulu. 'Utbah bin Rabi'ah termasuk yang memprovokasi para pengikut Nabi SAW. Ia bahkan meledek umat Islam yang dianggapnya takut akan kekuatan musyrikin Quraisy.
Lelaki 70 tahun itu mendapatkan lawan yang cukup seimbang, yakni 'Ubaidah bin Harits--Muslim yang berusia 63 tahun. Ternyata, 'Utbah hanya besar di omongan. Ia tak setangguh gaya bicaranya. Alhasil, kawan Abu Jahal itu tewas di tangan 'Ubaidah.