REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hakikat cinta adalah kebaikan, dan cinta bersumber dari curahan kasih Allah SWT kepada hamba-Nya. Imam Al-Ghazali mengungkapkan bagaimana cinta sejatinya dapat dilihat dan dirasakan oleh para pencinta.
Dalam buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan karya Pakar Tasawuf Haidar Bagir dijelaskan, cinta menurut Imam Al-Ghazali hanya dapat dilihat dari akibat yang dihasilkannya. Lantas demikian, apa saja indikator-indikator cinta yang dapat dirasakan?
Para ulama bersepakat bahwa cinta yang dapat dirasakan adalah cinta yang dapat meruntuhkan kesombongan, merupakan sumber kekuatan, pemusat perhatian, melembutkan, menghilangkan pamrih, mengubah si bakhil menjadi dermawan, dan mengubah si pemarah menjadi pemaaf.
Imam Al-Ghazali menegaskan bahwa cinta adalah mendamaikan, memberikan kebaikan, dan melatih pribadinya untuk terus menjadi seorang hamba yang lebih baik lagi. Cinta tentu saja banyak objeknya, dan objeknya tergantung bagaimana si subjek menyandingkannya.
Ibnu Hazm Al-Andalusi pernah menjelaskan tentang cinta. Menurutnya, bentuk cinta bersumber dari satu rumpun. Cinta ditandai dengan rasa rindu kepada yang dicintai. Cinta semacam ini objeknya dapat menyentuh apapun, bisa cinta dari orang tua kepada anak atau sebaliknya, cinta kepada kekasih, dan yang paling hakiki adalah cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.