REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang mulia adalah orang yang memiliki perilaku terpuji, yaitu orang-orang yang memuliakan dirinya dengan cara bertakwa kepada Allah Swt. Sedangkan salah satu tanda orang yang bijaksana adalah lebih mementingkan akhirat daripada dunia.
Dalam kitab Nashaihul Ibad, Syekh Nawawi Al-Bantani mengungkapkan perkataan Yahya Ibn Mua’dz Radhiyallahu anhu sebagai berikut:
“Orang mulia (orang yang memiliki perilaku terpuji, yaitu orang-orang yang memuliakan dirinya dengan cara bertakwa kepada Allah SWT dan menjaga diri dari perbuatan maksiat) tidak akan durhaka kepada Allah. Sedangkan orang yang bijaksana adalah orang yang memiliki perilaku yang benar dan tidak menyimpang, orang yang mencegah dirinya untuk melawan pertimbangan akal sehatnya. Orang yang bijaksana tidak akan lebih mementingkan dunia daripada akhirat.”
Jika menjalankan syariat Islam dengan baik dan benar dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah maka niscaya umat Islam akan menjadi manusia yang mulia di mata Allah dan juga manusia lainnya. Terkait pembahasan orang mulia, Hadratuhssyaikh Hasyim Asy’ari juga menjelaskan dalam kitab Adab Al Alim wa Al Muta’allim sebagai berikut:
أربعة لا يأنف الشريف وإن كان أميرا: قيامه من مجلسه لأبيه وخذمته لعالم يتعلم منه والسؤال عما لا يعلم وخذمته لضيفه
Orang mulia tidak meremehkan empat hal ini, meskipun ia menjadi seorang pemimpin: berdiri dari tempat duduknya karena kedatangan sang ayah, melayani orang alim yang mengajarkan ilmu kepadanya, bertanya ketika ia tidak mengetahui, dan melayani tamunya.