Selasa 15 Sep 2020 06:46 WIB

Keindahan Gaya Bahasa Metaforis dalam Alquran

Bila hanya baca terjemahan Alquran, kita mungkin lalai melihat keindahan metaforanya

Ilustrasi Alquran
Foto: pxhere
Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran tidak "hanya" kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melainkan juga suatu mukjizat dari Allah SWT. Salah satu aspek yang menakjubkan dari Kitabullah itu ialah pada segi bahasanya.

Allah Ta'ala memilih bahasa Arab sebagai bahasa Alquran. Bagaimanapun, bahasa Arab yang dipakai di dalam ayat-ayat suci disampaikan dengan cara-cara yang sangat indah sehingga mustahil ditiru manusia.

Baca Juga

Menurut Ahmad Fuad Effendy dalam Sudahkah Kita Mengenal Alquran? (2013), penggunaan metafora atau isti'arah dalam Alquran menunjukkan kemukjizatan kitab suci itu. Ia menyayangkan, kekhasan metafora ini cenderung tak terbaca bila orang yang hanya berkutat pada terjemahan Alquran.

Sebagai contoh, dalam surah Maryam ayat empat, yang memuat munajat Nabi Zakaria kala "curhat" kepada Allah SWT.

قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا

Dalam terjemahan menurut mushaf resmi pemerintah atau Kementerian Agama RI, kalimat "وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا" diterjemahkan sebagai 'dan kepalaku telah ditumbuhi uban.'

Padahal, lanjut Effendy, kalimat itu merupakan metafora sehingga mengandung makna yang sangat dalam, tak sekadar 'kepalaku telah ditumbuhi uban.'

Bila diterjemahkan secara harfiah, kalimat itu menjadi 'dan kepalaku telah menyala (dengan) uban.' Perhatikan, yang disebut 'menyala' bukanlah uban, melainkan kepalanya Nabi Zakaria.

"Yang menyala bukan 'uban', melainkan 'kepala', dan ini mengisyaratkan suatu makna yang lebih kuat yaitu bahwa ubannya telah merata dan memenuhi seluruh kepala," kata penulis yang juga anggota Dewan Pembina King Abdullah bin Abdul Aziz International Center Saudi Arabia.

Contoh lainnya ialah surah at-Takwir ayat 18. "وَالصُّبْحِ اِذَا تَنَفَّسَۙ"

Dalam terjemahan bahasa Indonesia, ayat itu cenderung diartikan 'Dan demi subuh apabila fajar telah menyingsing.' Padahal, lanjut Effendy, ada metafora yang sangat indah dalam ayata tersebut.

Bila diterjemahkan secara harfiah, maka firman Allah Ta'ala itu berarti 'Dan demi subuh ketika mulai bernapas.' Di sini, ada personifikasi subuh. Subuh digambarkan sebagai makhluk hidup yang bernapas.

"Waktu subuh, ketika berkas-berkas cahaya fajar keluar sedikit demi sedikit menyibak kegelapan malam diperumpamakan sebagai makhluk hidup yang mengeluarkan napas secara perlahan-lahan, atau seperti manusia dengan gejolak jiwanya menyambut kehidupan yang baru," tutur Effendy.

Demikianlah beberapa dari begitu banyak contoh keindahan Alquran al-Karim.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement