REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Hurairah menuturkan sebuah kisah. Ia mengatakan, suatu hari orang-orang mendengar suara tangisan yang cukup keras dari arah kediaman Muawiyah bin Abu Sofyan. Setelah diselidiki, ternyata pekikan tangis itu berasal dari sang khalifah pertama Dinasti Umayyah.
Beberapa tokoh lantas menemuinya. Setelah berhasil ditenangkan, Muawiyah pun menceritakan, dirinya menangis keras karena teringat sebuah pesan yang pernah disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya.
Hadis itu adalah sebagai berikut. Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang pertama kali diadili pada Hari Kiamat adalah seorang yang dianggap syahid (oleh banyak orang). Kemudian dia diperlihatkan akan nikmat yang Allah berikan padanya selama di dunia. Ia pun mengenalinya. Ditanyakan kepadanya tentang apa saja yang pernah dilakukannya dengan nikmat-nikmat itu?
Orang itu menjawab, 'Aku berjihad di jalan-Mu, hingga aku mati syahid.'
Allah berfirman, 'Kau berdusta. Kau melakukan itu semua agar orang-orang berkata bahwa engkau adalah pemberani. Itu pula yang telah dikatakan mereka.'
Maka, orang itu pun diseret dengan wajah tersungkur, lalu dilemparkan ke dalam api neraka.
Hal yang sama Allah ajukan kepada orang yang semasa di dunia kerap belajar ilmu dan mengajarkannya, serta rajin membaca Alquran. Orang itu menjawab bahwa amalannya dilakukan karena Allah.
Namun, Allah menegaskan, 'Kau berdusta. Kau melakukan itu semua agar orang-orang berkata bahwa engkau adalah seorang yang alim dan qari. Itu pula yang telah dikatakan mereka.'
Maka, orang ini pun diseret dan dimasukkan ke dalam neraka.
Orang yang adalah seorang yang berlimpah harta benda. Allah mengajukan hal yang sama padanya. Dan, ia pun menjawab, 'Tak ada satu jalan pun yang Engkau sukai untuk berinfak di dalamnya, kecuali aku telah berinfak karena Engkau.'
Allah menyergah jawaban dustanya dan berfirman, 'Kau lakukan itu semua agar orang-orang mengatakan bahwa kau adalah dermawan dan pemurah. Itu pula yang telah mereka katakan!'
Maka orang ini pun diseret dan dimasukkan ke dalam neraka” (HR Muslim).
Hadis itu mengingatkan kita agar hati-hati dengan kebanyakan pencitraan. Sebab, pencitraan hanya melalaikan diri dari mengingat Allah SWT.
Orang-orang yang suka pencitraan semata-mata mengejar pujian dan kekaguman manusia. Mengharapkan decak dan sanjungan dari bibir pengikutnya.