REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangunan-bangunan peninggalan Daulah Fathimiyah di Mesir masih tersisa hingga kini. Sejumlah bangunan itu pun nampak di wilayah Kairo maupun kota-kota lainnya di Mesir ketika komando daulah berada di bawah Badr Al-Jamali.
Dalam buku Sejarah Bangsa Mesir karya Sayyid Abdul Aziz Salim dan SAhr As-Sayyid Abdul Aziz Salim dijelaskan sejumlah bangunan-bangunan peninggalan yang dipertahankan, dipelihara, ataupun dibangun di bawah komandi Badr Al-Jamali. Pertama, Tembok Kairo yang awalnya dibangun Jauhar Ash-Shiqili pada tahun 358 Hijriyah.
Tembok ini diperbarui oleh Badr Al-Jamali pada tahun 480 Hijriyah. Adapun arsitek yang membangun tembok baru itu dengan tiga pintunya dapat dilihat hingga saat ini, dulunya adalah tiga saudara yang datang dari Kota Ar-Raha.
Tembok yang sebagian bangunannya masih dapat dilihat hingga kini itu terbuat dari batu dan pintu-pintunya masih ada hingga sekarang. Yakni Pintu An-Nashr, Pintu Al-Futuh, dan Pintu Zuwailah yang mempunyai pegangan besar bundar di kedua sisinya pun terdapat menara besar.
Sedangkan jika ditelisik lebih jauh, arsitektur Tembok Kairo dan ketiga pintunya banyak dipengaruhi oleh seni arsitektur Bizantium di Syiria. Di mana Badr Al-Jamali pernah datang ke sana. Ketiga pintu dalam tembok ini pun memiliki sejarah yang beragam.
Pintu Zuwaila misalnya, didirikan pada ahun 1091 Masehi dan namanya dinamakan seperti itu atas pensbatan kepada kabilah Zuwailah Al-Maghribiyah. Sebagian karakteristik pintu ini pun berubah di masa Raja Al-Kamil Al-Ayyubi, kemudian Raja Am-Muayyad Syekh membangun dua buah menara di atas dua sisi pintu tersebut pada tahun 1421 Masehi yang dianggap sebagai menara terindah di Mesir.
Tersambung dengandengan Pintu Zuwailah dari sebelah timur, terdapat sebuah bangunan penting dari tembok Badr Al-Jamali yang berada di belakang rumah Al-Alayili dan rumah-rumah yang berada di sampingnya. Jika Pintu Zuwailah memiliki menara besar yang berbentuk bulat, Pintu An-Nashr yang didirikan pada tahun 1087 Masehi ini terbentuk dari potongan bebatuan besar yang tersambung dengan badan tiang yang penuh dengan hiasan laksana perisai.
Kedua, Masjid Al-Juyusyi. Badr Al-Jamali mendirikan masjid indah di bukit Muqatham ini pada tahun 472 Hijriyah yang dikenal dengan nama Masyhad Al-Juyusyi karena dinisbatkan kepada amir pasukan (al-juyusy) Badr Al-Jamali.
Masjid ini nampak istimewa dengan bentuk kubah dan menaranya yang indah yang dianggap sebagai bentuk pertama menara-menara Al-Fathimiyah. Sebagaimana juga dianggap sebagai bentuk perkembangan pertama menara di Mesir.
Ketiga, Masjid Al-Atharin. Di tempat masjid ini dahulunya terdapat masjid kuno yang didirikan di awal permulaan Islam yang berdiri di atas bekas Gereja Saint Athanasius. Di masa Fathimiyah, masjid kuno ini sudah dalam kondisi rusak parah. Sebagian dindingnya runtuh dan atapnya pun runtuh.
Ketika pasukan Badr Al-Jamali berkunjung ke Kota Alexandria pada tahun 477 Hijriyah, ia memberikan perintah untuk merenovasi dan memperbaiki masjid ini. Ia pun memberikan ongkos untuk proyek tersebut dari harta yang diambil dari penduduk Alexandria.
Hingga kini, masih terlihat sisa-sisa nuansa Daulah Fathimiyah di bagian papan masjidnya. Terdapat ukiran berbunyi: "Bismillahirrahmanirrahim. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,".