REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Tradisi pembagian nasi buka luwur di kompleks Menara dan Makam Sunan Kudus, Jawa Tengah, yang biasanya dihadiri ribuan warga pada tahun ini. Keputusan tersebut demi mencegah kemungkinan terjadinya penularan virus corona (Covid-19).
"Sebagai gantinya, pembagian nasi buka luwur dilakukan per kecamatan di Kabupaten Kudus," kata Juru Bicara Panitia Buka Luwur Sunan Kudus Muhammad Kharis, Jumat (28/8).
Nantinya,ada petugas yang akan mendistribusikan nasi jangkrik atau nasi uyah asem yang biasanya diperebutkan warga saat ritual buka luwur ke masing-masing kecamatan. Koordinator di masing-masing kecamatan, selanjutnya akan mendistribusikannya kepada koordinator tingkat desa untuk dibagikan kepada warga.
Untuk jumlah bungkus nasi yang akan dibagikan kepada masyarakat di masing-masing kecamatan belum bisa disebutkan karena proses pembungkusan nasinya baru dimulai Jumat malam. Sementara jumlah hewan ternak yang akan dimasak, meliputi kerbau 16 ekor dan kambing 63 ekor.
Pendistribusian nasi buka luwur dijadwalkan mulai Sabtu (29/8) dini hari. Sedangkan yang hadir pada ritual buka luwur pada hari yang sama di kompleks Makam Sunan Kudus jumlahnya juga terbatas demi menjaga jarak fisik antartamu undangan.
"Rencananya ada 100-an undangan yang disebarkan ke sejumlah pihak untuk menghadiri prosesi buka luwur," ujarnya.
Panitia Buka Luwur Sunan Kudus sendiri juga sudah memasang baliho berukuran sedang yang bertuliskan "mohon maaf tidak ada antrean brekat umum" di depan Menara Kudus. Pengalaman sebelumnya, antrean mendapatkan nasi jangkrik dan uyah asem pada ritual buka luwur dilakukan mulai dini hari.
Tradisi buka luwur diselenggarakan setiap 10 Muharam atau pada Sabtu (29/8). Tradisi ini merupakan ritual keagamaan untuk menandai penggantian kelambu di Makam Sunan Kudus. Sementara tradisi buka luwur dengan membagi-bagikan nasi uyah asem sudah berlangsung ratusan tahun silam dan pembagian bungkus nasi uyah asem ini disimbolkan sebagai kesejahteraan masyarakat.