REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kecocokan di antara pasangan menjadi penentu harmonisnya kehidupan rumah tangga. Maka dari itu sejak awal harus selektif memilih calon pasangan untuk dijadikan suami atau istri.
Ustadz Ahmad Zarkasih dalam bukunya "Menakar Kufi Dalam Memilih Jodoh" mengatakan, jauh-jauh hari Nabi SAW sudah memberikan informasi yang paripurna kepada kita umatnya terkait dengan bagaimana cara memlih jodoh dan faktor apa yang mestinya harus diperhatikan dalam menyeleksi calon pasangan.
Rasulullah SAW dalam haditsnya yang cukup masyhur:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Telah menceritakan kepada kami Musaddad Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ubaidullah ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari bapaknya dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (HR Bukhari)
"Inilah empat faktor yang mestinya menjadi patokan dalam memilih jodoh di antaranya harta, keturunan, kecantikan atau ketampanan, dan agama," kata Ustadz Ahmad.
Menurut Ustadz Ahmad, disadari atau tidak, ternyata memang empat faktor ini
yang bisa menunjang keberlangsungan bahtera rumah tangga seseorang agar tetap kuat dan kokoh dalam mengarungi kehidupan.
Kenapa harta menjadi pertimbangan pertama, karena memang disadari atau tidak, harta adalah hal yang juga penting dalam menunjang keberlangsungan keluarga, walaupun bukan faktor utama. Juga karena memang biasanya, faktordengan ekonomi kuat, anak-anak akan terlayani dengan fasilitas yang memadai, baik dari segi pengajaran, pendidikan serta mental.
"Dan sebaliknya, ekonomi yang buruk dalam keluarga, bukan hanya membuat pasutri menjadi kurang harmonis tapi juga anak-anak tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal yang membuatnya tumbuh tidak sebaik orang yang mampu," katanya.
Ustadz Ahmad menegaskan, bahwa keturunan adalah faktor kebangaan manusia. Semua orang ingin mendapatkan pasangan dari keluarga terhormat. Karena memang manusiawi sekali, orang ingin mnedapatkan kehormatan, orang ingin mendapatkan perhatian banyak mata, orang ingin mendapat kemuliaan.
"Dan salah satu faktor yang bisa meraih itu adalah faktor keluarga," katanya.
Siapa juga yang ingin mendapatkan mantu dari kalangan penjahat, penjilat, pembunuh, pencuri atau kriminil? Dan wanita mana yang rela hidup berdampingan dengan laki-laki culas, pemalas, pemabuk serta pengacau.
Begitu juga sang suami, semua ingin mendapatkan keturunan yang baik, maka itu ia memilih wanita dari keturunan yang baik nasabnya. Selain karena memang itu adalah sebuah kebanggaan, faktor keturunan juga bisa menjadi faktor yang menentukan baik dan tidaknya
keturunan.
"Dengan mendapatkan istri atau suami dari nasab yang baik itu, diharapkan nantinya akan lahir keturunan yang baik pula," katanya.
Sebab mendapatkan keturunan yang baik itu memang bagian dari perintah agama, seperti yang Allah SWT firmankan di dalam Alquran An-Nisa ayat 9.
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar."
Memilih yang canti atau tampak, sangat manusiawi dan wajar sekali. Setiap orang ingin memiliki pasangan hidup yang indah dipandang, enak dilihat, menyenangkan jika berhadapan, memberikan ketenangan jika berdampingan.
Tidak ada wanita atau laki-laki yang ingin memliki pasangan hidup buruk rupa, tak sedap dipandang dan tak nyaman jika berduaan. Sebagaimana juga laki-laki
yang ingin dan sangat ingin memliki istri cantik memikat, wajahnya ayu, serta indah, dan senang jika berdampingan.
Karenanya, syariat memberikan ruang untuk itu. Tapi justru memberikan keleluasaan untuk kita memilih pasangan yang cantik wajahnya, tampan mukanya.
Imam Ibn Qudamah menyebut dalam kitabnya al-Kafi fi Fiqh al-Imam Ahmad:
"Dan memilih yang cantik rupanya; karena itu mebih menenangkan hati, enak dilihat, serta lebih langgang untuk dicintai."
Ustadz Ahmad Zarkasih mengatakan khusus untuk pertimbangan masalah agama Rasulullah memberikan penekanan yang lebih, sebab memilih wanita yang sisi keagamaannya sudah matang jauh lebih menguntungkan ketimbang istri yang kemampuan agamanya masih setengah-setengah.
Sebab dengan kondisi yang masih setengah-setengah itu, berarti suami masih harus bekerja ekstra keras untuk mendidiknya. Itupun kalau suami
punya kemampuan agama yang lebih.
Tetapi kalau kemampuannya pas-pasan, maka mau tidak mau suami harus menyekolahkan kembali istrinya agar memiliki kemampuan dari sisi agama yang baik.
"Tentu saja yang dimaksud dengan sisi keagamaan bukan berhenti pada luasnya pemahaman agama atau fikrah saja, tetapi juga mencakup sisi kerohaniannya (ruhiyah) yang idealnya adalah tipe seorang yang punya hubungan kuat dengan Allah SWT," katanya.
Secara rinci bisa dicontohkan antara lain Aqidahnya kuat, Ibadahnya rajin, Akhlaqnya mulia, Pakaiannya dan dandanannya memenuhi standar busana Islam, Menjaga kohormatan dirinya, Fasih membaca Al-Quran Al-Kariem, Ilmu pengetahuan agamanya cukup.
Selain itu dia juga memiliki aktifitas hariannya mencerminkan pribadi muslim yang baik, Berbakti kepada orang tuanya serta rukun dengan saudaranya Pandai menjaga lisannya, Pandai mengatur waktunya serta selalu menjaga amanah yang diberikan kepadanya.
"Selalu menjaga diri dari dosa-dosa meskipun kecil, Pemahaman syariahnya tidak terbata-bata, Berhusnuzhan kepada orang lain, ramah dan simpatik," katanya.