REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana banjir yang pernah menenggelamkan sebagian wilayah Jabodetabek awal tahun 2020 mengingatkan kita akan perumpamaan yang Allah sebutkan dalam Alquran.
Dalam Surat Al-Kahfi ayat 45 Allah berfirman:
(وَٱضۡرِبۡ لَهُم مَّثَلَ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا كَمَاۤءٍ أَنزَلۡنَـٰهُ مِنَ ٱلسَّمَاۤءِ فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ فَأَصۡبَحَ هَشِیمࣰا تَذۡرُوهُ ٱلرِّیَـٰحُۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ مُّقۡتَدِرًا)
Artinya: "Dan berikan perumpamaan kenikmatan dunia kepada mereka, ia bagaikan air yang kami turunkan dari langit, lalu air tersebut meresap dan menumbuhkan tanaman di bumi, lalu tanaman tersebut mengering dan diterbangkan oleh angin, dan Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu."
Dalam Surat Yunus ayat 24 Allah juga berfirman:
(إِنَّمَا مَثَلُ ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا كَمَاۤءٍ أَنزَلۡنَـٰهُ مِنَ ٱلسَّمَاۤءِ فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ مِمَّا یَأۡكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلۡأَنۡعَـٰمُ حَتَّىٰۤ إِذَاۤ أَخَذَتِ ٱلۡأَرۡضُ زُخۡرُفَهَا وَٱزَّیَّنَتۡ وَظَنَّ أَهۡلُهَاۤ أَنَّهُمۡ قَـٰدِرُونَ عَلَیۡهَاۤ أَتَىٰهَاۤ أَمۡرُنَا لَیۡلًا أَوۡ نَهَارࣰا فَجَعَلۡنَـٰهَا حَصِیدࣰا كَأَن لَّمۡ تَغۡنَ بِٱلۡأَمۡسِۚ كَذَ ٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡـَٔایَـٰتِ لِقَوۡمࣲ یَتَفَكَّرُونَ)
Artinya: "Perumpamaan kenikmatan dunia hanyalah seperti air yang kami turunkan dari langit lalu meresap dan menumbuhkan tanaman yang dimakan oleh manusia dan hewan ternak. Tatkala bumi telah mendapatkan keindahannya, dan pra penghuninya mengira dapat memetik hasilnya, datanglah perintah kami, lalu kami jadikan ia habis, seperti belum pernah tumbuh seperti hari sebelumnya. Demikianlah Kami jelaskan secara rinci tanda-tanda kebesaran Kami bagi mereka yang berfikir."
Apa kesamaan nikmat dunia dengan air hujan? Pimpinan Majelis Taklim dan Dzikir Baitul Muhibbin, Habib Abdurrahman Asad Al-Habsyi menguraikannya.
Air hujan itu sendiri sebenarnya salah satu sumber nikmat dunia, tanpa air hujan, makhluk tak dapat hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Kedua, sebagaimana halnya air hujan, nikmat dunia juga tdk bisa kita tampung secara berlebih-lebihan, melainkan harus dialirkan.
Jika saluran tersumbat, maka debit air hujan yang berlebihan akan berakibat banjir yang justru menyebabkan malapetaka. "Makanya Allah SWT dalam Alquran membahas saluran nikmat tersebut jauh lebih banyak dibanding membahas tentang sholat atau ibadah badaniah, antara lain dengan berzakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah, hadiah, santunan anak yatim dan lainnya," katanya.
Ketiga, nikmat dunia datangnya dari Allah, tidak ada yang mampu merekayasanya. Manusia hanya mampu berusaha, namun hasilnya tetap Allah yang menentukan.
"Sama halnya hujan, hanya Allah yang berwenang menurunkannya," katanya.
Keempat, seluruh penghuni bumi membutuhkan hujan, tanpa hujan mereka akan mengalami masa yang sulit, begitu juga nikmat dunia, semua makhluk membutuhkan karunia Allah, tanpa kemurahan dari Allah, mereka akan merasakan kesulitan.
Kelima, jika datang kepadamu nikmat, segera pikirkan salurannya, sebelum debitnya bisa menenggelamkan dirimu dan rumahmu. Begitu juga saat datang nikmat, segera keluarkan zakatnya, salurkan kepada mereka berhak. Jika berlebihan bisa mencelakakanmu.
Dalam Surat At-Taubah 34 Allah berfirman:
(وَٱلَّذِینَ یَكۡنِزُونَ ٱلذَّهَبَ وَٱلۡفِضَّةَ وَلَا یُنفِقُونَهَا فِی سَبِیلِ ٱللَّهِ فَبَشِّرۡهُم بِعَذَابٍ أَلِیمࣲ)
Artinya:" Dan orang-orang yang menyimpan (menampung) emas dan perak, dan tidak menginfakkannya (mengalirkannya) di jalan Allah, maka beri kabar kepada mereka dengan azab yang pedih."
Rasulullah SAW bersabda. "Milikilah dunia sekadarnya, jangan ambil melainkan sedikit saja, siapa yang mengambilnya sedikit maka akan mencukupinya, bagi yang mengambilnya banyak akan menguasainya."