REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran diturunkan Allah bukan langsung dalam bentuk buku. Alquran diturunkan melalui ucapan yang disampaikan kepada Jibril, lalu Jibril membacakannya berulang-ulang kepada Rasulullah SAW. Maka ketika terdapat inisiatif menuliskan Alquran sepeninggal Rasulullah, terdapat suara-suara yang menolaknya.
Dalam buku Kitab Fikih Pertama dalam Perspektif Sejarah karya Sutomo Abu Nashr dijelaskan, terdapat tiga alasan di kalangan sahabat untuk menolak penulisan Alquran. Pertama, tulisan-tulisan selain Alquran bisa jadi lebih menyibukkan seseorang dari Alquran.
Itulah yang terjadi pada umat-umat terdahulu. Mereka menuliskan kitab-kitab dan takjub dengan tulisannya sendiri hingga meninggalkan Taurat. Kedua, adanya kekhawatiran tidak bisa membedakan mana Alquran dan mana yang bukan bagi kalangan awam.
Ketiga, adanya kekhawatiran turunnya kemampuan hafalan karena munculnya ketergantungan terhadap tulisan. Itulah beberapa faktor yang menyebabkan penolakan terhadap penulisan Alquran. Meski demikian setelah ditimbang lebih jauh, maslahat dari mudharat penulisan pun lebih banyak sehingga penulisan Alquran pun dilakukan.