Rabu 05 Aug 2020 07:55 WIB

Kisah Wanita Dhaif Menyelamatkan Ulama dari Kelalaian

Ulama bani Israil putus asa dan sedih karena istri yang dicintai meninggal.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Ani Nursalikah
Kisah Wanita Dhaif Menyelamatkan Ulama dari Kelalaian
Foto: Pixabay
Kisah Wanita Dhaif Menyelamatkan Ulama dari Kelalaian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu ketika di golongan Bani Israil ada orang alim yang tinggi ilmu agamanya sedang berada dalam keputusasaan. Penyebabnya karena istrinya yang dia cinta meninggal dunia tanpa sebab.

Namun, berkat kehendak Allah, orang alim yang sejak meninggal istrinya hanya berdiam di dalam rumah itu sadar. Ia sadar setelah seorang wanita dhaif memberikan perumpamaan dia telah larut dalam kesedihan yang membuat keimanannya kepada Allah rusak. 

Baca Juga

Padahal berlebih cinta selain kepada Allah dan Rasulnya adalah sebuah kesesatan yang nyata. Karena seharusnya hanya Allah dan Rasulnya yang mesti kita cintai secara berlebihan. 

Kisah ini diambil dari hadits yang diriwayatkan oleh Malik dalam Muwatthanya Jamikul Ushul, bab berharap pahala dari musibah. Tentang kisah ini Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa "Sanad kepada kepada Muhammad bin Kaab Al-Qurazhi adalah shahih".

Setelah beberapa hari istri yang amat dicintai dan dikaguminya meninggal, banyak perubahan dari orang alim dari golongan Bani Israil itu. Setiap hari dia menutup diri, menghindar dari setiap orang yang hendak menemuinya. Mulai sejak itulah orang-orang yang biasa bersama dalam suatu majelis tidak menemuinya lagi.

Perubahan drastis seorang guru alim yang sangat disegani ‎itu terdengar sampai ke kampung lain. Semua orang yang mendengar perubahan sang guru itu menyayangkan kenapa mesti larut dalam kesedihan hanya karena ditinggal seorang istri.

"Padahal dia bisa mendapatkan lagi istri yang lebih baik kalau dia mau," begitu jawaban setiap orang kala mendengar perubahan sang guru. 

Sampai pada suatu ketika di mana perubahan sikap orang alim itu menjadi gunjingan setiap orang. Ada seorang wanita yang tidak setuju orang alim itu terus disudutkan. Wanita itu bertanya kepada orang-orang yang sedang menggunjingnya.

"Aku ingin bertemu dengannya (orang alim)," katanya memotong pembicaraan orang-orang di kampung itu.

"Hendak apa engkau menemuinya sekarang dia tidak lagi membuka majelis taklim," jawab salah satu di antara mereka kepada wanita itu.

"Aku ingin meminta fatwanya," katanya.

"Tidak bisa. Lebih baik permintaan fatwa itu engkau wakilkan kepada saudaranya yang menemuinya untuk memberi makan dan minum," kata seorang warga kepada wanita itu.

"Ini tidak dibisa diwakilkan‎," katanya.

Setelah bedebat akhirnya salah seorang dari mereka mau mengantarkan wanita itu ketempat orang alim. Setelah dekat wanita itu disuruh menunggu di depan pintu untuk menyampaikan perihal kedatangannya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement