REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Melempari pohon untuk mendapatkan sesuatu di atasnya memang digemari anak-anak kecil. Apakah tujuannya untuk menguji ketangkasan, mendapat buah atau mengambil sesuatu miliknya nyangkut di pohoh.
Melempari pohon pernah dilakukan anak-anak kecil pada masa Rasullullah SAW. Dan Rasulullah mengingatkan bahwa hal itu tidak baik. Kepada anak itu Rasulullah memberikan solusi dan mendoakannya.
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid di dalam bukunya "Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik Anak" mengatakan kisah ini seperti diceritakan, Abdul Hakam Al Ghifari berkata:
وعن رافع بن عمرو الغفاري - رضي الله عنه - قال : " كنت غلاما أرمي نخل الأنصار فأتي بي النبي - صلى الله عليه وسلم - فقال : " يا غلام ! لم ترمي النخل ؟ " قلت : آكل . قال : " فلا ترم ، وكل مما سقط في أسفلها " ثم مسح رأسه فقال " اللهم أشبع بطنه " .
"Nenekku telah menceritakan kepadaku dari Paman Abu Rafi bin Amr:
"Ketika aku masih kecil, aku suka melempari pohon kurma kaum Anshar. Maka hal ini dilaporkan kepada Nabi SAW, "Ada anak kecil yang suka melempari pohon kurma kami." Aku pun dibawa menghadap Nabi SAW. Beliau bertanya, "Hai anak kecil, mengapa kamu melempar pohon kurma?"
Aku jawab, "Untuk aku makan." Beliau bersabda, "Jangan melempari pohon kurma, Makanlah apa yang jatuh di bawah." Kemudian beliau mengusap kepalaku dan berdoa, "Ya Allah tenangkanlah perutnya."
Muhammad Nur mengatakan, kisah ini diriwayatkan Ibnu Abid Dunya dalam kitab al-Iyal. Pentahqiqnya mengatakan at-Tirmidzi berkomentar, hadits ini hasan gharib shahih". "Diriwayatkan juga Abu Daud dan Ibnu Majah Ahmad dan al-Baihaqi dalam kitab as Sunan al-Kubra.
Menurut Muhammad Nur dalam mengoreksi kesalahanpahaman pada anak, pada hadits ini kita melihat adanya solusi yang bisa menyampaikan kepada tujuannya. Anak itu ingin makan buah kurma, dan Rasulullah SAW menunjukkan cara yang benar dan disyariatkan.
"Yaitu memungut buah yang jatuh dari pohonnya sebagai solusi pengganti melempari pohonnya dan menjatuhkan buah tanpa seizin pemiliknya," katanya.
Kemudian kata Muhammad Nur, Nabi SAW melanjutkan pendidikan itu dengan mengusap kepalanya dan mendoakannya. Cara mengoreksi kesalah pahaman pada anak cara inilah merupakan yang terbaik. "Kni metode sempurna yang bersumber dari cahaya kenabian," katanya.