REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dalam mengkaji ayat suci Alquran, umat Islam tidak hanya harus membacanya, tapi juga memahami dan bahkan menafsirkannya.
Dosen Senior Ma’had Aly Situbondo, Ustadz Imam Nakha’I, mengatakan ada beberapa tahap yang harus dilalui agar penafsiran atas teks suci itu mendekati kebenaran.
Pertama, menurut dia, pastikan situasi seperti apa yang hendak direspons Alquran. Mengenal situasi ini bisa melalui ilmu asbab al-nuzul (penyebab dihadirkannya ayat), baik sabab khusus (spesifik) maupun konteks sosial, budaya, politik, saat ayat diturunkan.
Kedua, harus mengetahui situasi seperti apa yang diedealkan yang hendak diubah oleh Alquran. Situasi yang diidealkan alquran ini dapat diketahui dengan mengenali apa tujuan utama (maqahashid), mana tujuan perantaranya (wasa’il al-wasa’il) dan mana media atau strategi menuju ke tujuan utama itu (al-wasa’il).
Ketiga, menurut dia, harus mengetahui struktur bahasa yang digunakan Alquran. Karena, bahasa Alquran adalah tangga atau alat untuk menyelami makna, keinginan, atau maksud Allah Swt yang melekat dalam dzat-Nya.
“Dengan tiga hal ini setidaknya sebuah penafsiran atau pemahaman akan lebih mendekati kebenaran yang dikehendaki Allah Subhanahu Wata'ala,” kata Ustaz Nakhai dikutip dari laman resmi Ma'had Aly Sukorejo, Situbondo, Kamis (23/7).