REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sahabat Rasulullah SAW, Umar bin Khattab RA pernah menangis dengan keras saat membaca surat At-Thur ayat ke tujuh. Karena terlalu kerasnya tangisan tersebut, beliau pun sakit.
Dikutip dari buku Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Umar bin Khattab menangis ketika sampai pada ayat:
إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ لَوَاقِعٌ
"Sungguh, azab Rabbmu pasti terjadi".
Karena sangat kerasnya tangisan tersebut, beliau sakit, akhirnya para sahabat menjenguknya.
Umar bin Khattab berkata kepada anaknya saat maut menjelang, "Celakalah kamu. Letakkan pipiku ke tanah, mudah-mudahan Allah merahmatiku".
Lantas beliau melanjutkan: "Celakalah ibuku, jika Allah tidak mengampuniku."
Beliau mengulanginya sebanyak tiga kali, baru kemudian meninggal dunia. (riwayat Ahmad)
Saar berdzikir di malam hari, Umar pernah membaca ayat yang membuatnya takut sehingga dia tetap tinggal di rumahnya selama beberapa hari. Orang-orang pun menjenguknya karena menyangka dia sedang sakit. (riwayat Ahmad).
Dalam riwayat lain disebutkan di wajahnya pun terdapat dua garis hitam akibat tangisan. (riwayat Ahmad dan Abu Nu'aim).
Ibnu Abbas RA berkata kepadanya, "Allah membuka sejumlah kota, menaklukkan sejumlah negeri, serta melakukan sejumlah hal dengan perantaraanmu."
Umar pun menjawab, "Aku senang sekiranya aku selamat tanpa membawa pahala ataupun dosa." (riwayat Ahmad dan Abu Nu'aim).
Adapun Allah SWT mensifati orang yang bahagia dengan perbuatan baik yang disertai rasa takut. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Alquran surat Ar-Rad ayat 21.
وَالَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُوْنَ سُوْۤءَ الْحِسَابِ ۗ
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.”
Sementara itu, Allah SWT mensifati orang yang sengsara dengan perbuatan buruk yang disertai rasa aman. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Alquran surat Al Isra ayat 68:
اَفَاَمِنْتُمْ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمْ جَانِبَ الْبَرِّ اَوْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا ثُمَّ لَا تَجِدُوْا لَكُمْ وَكِيْلًا ۙ
“Maka apakah kamu merasa aman bahwa Dia tidak akan membenamkan sebagian daratan bersama kamu atau Dia meniupkan (angin keras yang membawa) batu-batu kecil? Dan kamu tidak akan mendapat seorang pelindung pun.”
Siapa saja yang memperhatikan kondisi para sahabat, niscaya ia akan mendapati mereka berada pada puncak amal disertai dengan puncak rasa takut. Sementara orang biasanya lebih kepada menggabungkan antara kurangnya amal, bahkan kelalaian dengan rasa aman.