REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Prof Syihabuddin Qalyubi*
Naḥwu (gramatika bahasa Arab) atau ada yang menyebut sintaksis, bagi sebagian orang susah dipelajari, karena sistemnya rumit dan banyak aturan. Melalui studi dua linguis Arab kontemporer, Syauqī Ḍaif (w 2005) dan Tammām Ḥassān (2011), buku ini hadir untuk mengurai itu. Menurut penulis, naḥwu yang dianggap susah adalah naḥwu ilmiah untuk kepentingan penelitian bahasa Arab, dan kebalikannya adalah naḥwu pedagogis yang ditujukan untuk pendidikan. Umumnya, yang pertama linguis dan yang kedua disusun pendidik bahasa Arab.
Secara epistemologi (terkait hakikat, sumber, metode dan validitas) perbedaan sintaksis ilmiah dan pedagogis sebenarnya sudah ada sejak masa klasik, bahkan hingga modern. Ini tercermin dari model-model sintaksis yang dipetakan dalam buku ini.
Model klasik dibagi menjadi tiga, yaitu naḥwu naẓari terdiri dari Basrah, Kufah, Bagdad, Andalusia dan Mesir naḥwu ta‘limi terdiri dari madrasi dan ẓahiri dan naḥwu jadid. Sementara mazhab modern dibagi menjadi dua, yaitu naḥwu naẓarī terdiri dari turasi, alsuni, ‘arabi-alsuni dan fush‘ami-alsuni; dan naḥwu ta‘limi yang terdiri dari taqlidi-ta‘limi, ittiba‘i-ta‘limi, alsuni-ta‘limi dan fush‘ami-ta‘limi.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, yang seharusnya digunakan adalah naḥwu pedagogis. Sedangkan dalam konteks pengembangan ilmu bahasa yang tepat adalah naḥwu ilmiah. Namun demikian, buku ini mengingatkan untuk menyusun naḥwu pedagogis diperlukan persyaratan seperti paham uṣhul an-naḥw; naḥwu itu sendiri, ilmu pendidikan, khususnya penyusunan bahan ajar, linguistik, psikolinguistik, sosiolinguistik, dan antropolinguistik. Idealnya, tambah penulis buku, penyusun sintaksis pedagogis adalah linguis sekaligus pendidik bahasa Arab atau kolaborasi dari keduanya.
Berbeda dengan penyusunan sintaksis pedagogis non Arab, yang cukup dengan menyeleksi dan mengorganisasi ulang tata bahasa ilmiah, dalam menyusun sintaksis pedagogis Arab diperlukan pemahaman mendalam tentang epistemologi linguistik Arab.
Ini karena, gramatika bahasa Arab klasik, tercampur dengan logika filsafat dan teologi sehingga susah dipelajari. Ini diperparah dengan buku-buku naḥw yang beredar selama ini diperuntukkan untuk orang Arab sendiri.
Untuk itu, perlu cara khusus untuk menetralisasinya, agar menjadi bahasa deskriptif-pedagogis yang sesuai dengan pembelajar Indonesia. Buku ini menawarkan lima metode secara berurutan, yaitu kritik uṣhul an-naḥw, penyusunan tata bahasa deskriptif, pengorganisasian tata bahasa pedagogis untuk orang Arab, pedagogis non Arab (Indonesia), dan penyajian materi sintaksis pedagogis.
Di Indonesia, meskipun secara aplikasi sudah ada, namun secara teoretik, tidak banyak referensi yang menjelaskan perbedaan sintaksis ilmiah dan pedagogis serta epistemologi (uṣhul) yang melandasinya. Ini karena, dalam pembelajaran bahasa Arab lebih mementingkan metode daripada materi (aṭ-ṭhariqah aham min al-maddah). Materi dari kitab-kitab klasik seperti Ajjurumiyyah, Mutammimah, dan Alfiyyah dianggap cukup sebagai sumber pembelajaran.
Selain itu, uṣhul an-naḥw tidak banyak dikaji seperti uṣhul al-fiqh, yang dalam kajian keislaman sangat populer. Padahal naḥw sebagai hasil dari uṣūl an-naḥw sejajar dengan fiqh yang merupakan produk uṣhul al-fiqh. Andaikan pada tataran epistemologi naḥwu massif seperti epistemologi fiqih maka perkembangan nahwu baik ilmiah maupun pedagogis juga akan pesat.
Meskipun sudah disediakan glosarium di dalamnya, karena buku ini awalnya merupakan disertasi, gaya bahasa dan istilah yang dipakai terasa berat. Namun, itu sebanding dengan isinya yang membuka cakrawala baru tentang metode penyusunan naḥw pedagogis modern yang berkembang di dunia Arab, bahkan Islam, khususnya Indonesia. Untuk itu, buku ini perlu dibaca baik yang berkonsentrasi di ilmu dan pembelajaran bahasa Arab maupun orang umum yang tertarik perkembangan linguistik Arab terkini, khususnya sintaksis.
Penulis buku ini kelahiran Lereng Gunung Muria. Pada masa kecilnya ia “ngangsu kaweruh” di Pondok Pesantren al-Huda, dan Pondok Pesantren Raudhatul Muta’allimin. Pada 2004 ia hijrah ke Yogyakarta kuliah di jurusaan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, hingga akhirnya lulus pada awal 2008 dengan predikat cumlaude dan wisudawan terbaik dan tercepat.
Setelah itu melanjutkan studi S2 di Pascasarjaana UIN Jogja dengan konsentrasi Ilmu Bahasa Arab, selesai bulan April 2010 dengan predikat cumlaude pula. Pada 2015, Khabibi melalui besiswa 5.000 doktor mengambil jenjang akademik, S3, konsentrasi Studi Islam, juga di kampus yang sama dan lulus 2018 dengan predikat cumlaude dan wisudawan terbaik dan tercepat program doktor.
Selamat Membaca !
*Guru besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Judul : Epistemologi Naḥwu (Pedagogis) Modernv
Penulis : Dr. Khabibi Muhammad Luthfi, M.Hum.
Penerbit : Zahir Publishing, Yogyakarta
Terbit : cet. ke-1, Agustus, 2020
Ukuran : 15.5 x 23 cm
Tebal : xvi + 441
ISBN : 978-623-7707-09-7