REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Dengan melihat banyaknya para penghafal Alquran yang gugur dalam perang Yamamah, Sayyidina Umar bin Khattab mengkhawatirkan gugurnya para penghafal di tempat-tempat lain. Beliau pun berinisiatif dan menggaggas penghimpunan Alquran dengan melibatkan orang-orang cerdas dan suci.
Dalam buku Ali bin Abi Thalib karya Ali Audah dijelaskan, Sayyidina Umar bin Khattab mulanya mengusulkan kepada Sayyidina Abu Bakar agar mengumpulkan para penulis wahyu yang ada untuk mencocokkan kembali yang sudah mereka tulis dengan Alquran yang mereka hafal, kemudian disimpan. Dengan demikian, Alquran dapat ‘diselamatkan’ dari kehilangan.
Pada mulanya, Sayyidina Abu Bakar masih maju-mundur untuk melaksanakan hal itu. Namun demikian Sayyidina Umar terus mendesak beliau sehingga pada akhirnya ia dapat diyakinkan. Kemudian, Sayyidina Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit yang merupakan penulis wahyu yang cerdas.
Zaid kemudian mengumpulkan dan meneliti kembali wahyu yang sudah ditulisnya itu. Pada mulanya, Zaid merasa ragu sebagaimana yang dirasakan oleh Sayyidina Abu Bakar. Namun setelah Sayyidina Umar meyakinkannya tentang pekerjaan tersebut sangatlah penting bagi kepentingan Islam, maka tugas mulia nan berat itu pun ia terima.
Sudah tentu dalam upaya penghimpunan Alquran, Sayyidina Umar juga melibatkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Sebab setelah Rasulullah SAW wafat, Sayyidina Ali selama beberapa hari tidak keluar karena sedang menekuni Alquran sesuai dengan yang diajarkan Nabi.