Kamis 18 Jun 2020 03:10 WIB

Imam Besar Istiqlal Tepis Fitnah Alquran Pinggirkan Wanita

Alquran dalam banyak ayatnya justru tidak memarginalkan wanita.

Alquran dalam banyak ayatnya justru tidak memarginalkan wanita.  Membaca Alquran (ilustrasi)
Foto:

Perbedaan tulisan dan bacaan sudah barang tentu mempunyai pengaruh di dalam pemahaman dan penetapan hukum, seperti kata "ya-tha-ha-ra-nun" dalam QS 2:222 dapat dibaca yathhurna atau yaththahharna.

Bacaan versi pertama berarti, "Jangan mendekati perempuan ketika sedang haid hingga berhenti haid". Bacaan versi ini menekankan pada berhentinya haid yakni perempuan yang selesai menjalani masa haid maka dengan sendirinya sudah bersih tanpa harus mandi wajib. 

Pendapat ini diperkuat Imam Abu Hanifah. Jika dibaca menurut versi kedua maka perempuan yang telah menjalani masa haid disyaratkan mandi wajib yang sempurna dengan membersihkan sekujur anggota badan dengan air, baru dinyatakan bersih.

Pendapat ini didukung Imam al-Syafi'i, dan pendapat ini berpengaruh besar di Indonesia. Bahasa Arab salah satu bahasa yang sarat dengan bias jender, baik dalam struktur maupun dalam kosa kata.  

Semenjak dahulu kala, jauh sebelum Alquran diturunkan, bahasa Arab sebagai bagian dari rumpun bahasa Semit (semitic language family) menggunakan jender maskulin lebih dominan daripada jender feminin. 

Rumpun bahasa ini membedakan kata ganti laki-laki dan perempuan, misalnya huwa untuk laki-laki dan hiya untuk perempuan. Jika laki-laki berkumpul dengan perempuan di dalam suatu tempat maka cukup menggunakan kata ganti laki-laki kepada kelompok tersebut.

Ketentuan sepeti ini terkait dengan kosmologi Semit yang menganggap perempuan berasal dari tulang rusuk laki-laki, maka jika keduanya berkumpul maka cukup hanya menyebutkan laki-laki karena perempuan berasal dari tulang rusuk laki-laki.

Kita sangat yakin Tuhan Maha Adil, tetapi tentu saja sifat Keadilan Tuhan tidak bisa diukur hanya melalui teks bahasa Arab yang digunakan Alquran karena bahasa Arab sesungguhnya tidak lain adalah produk budaya bangsa Arab, dan budaya bangsa Arab adalah budaya patriarkat, yang memberikan peran dominan kepada kaum laki-laki dan cenderung memojokkan perempuan.

Kita tidak bisa menyimpulkan Tuhan laki-laki karena menggunakan kata ganti laki-laki huwa. Kamus-kamus bahasa Arab yang sering dijadikan rujukan dalam mengartikan ayat-ayat Alquran, banyak sekali entrinya yang bias jender. Sebagai contoh, dalam Lisan al-'Arab, kamus Arab yang dianggap paling standar yang terdiri atas 14 jilid, perempuan disebut al-untsa dari kata anatsa berarti lemas, lembek, tidak keras. 

photo
Alquran/Ilustrasi - ()

Sifat seseorang yang lemah lembut dan halus disebut femininity/'unusah. Sementara laki-laki disebut al-dzakar dari akar kata dzakara berarti mengingat, menyebut, mengucapkan (asma Allah), seakar kata dengan al-dzikr yang berarti menghafal atau memelihara sesuatu dengan menyebut atau mengingatnya. Kata dzakara pula mengisyaratkan adanya unsur kekuatan, keberanian, dan kekerasan, seperti kata rajulun dzakarun 'laki-laki perkasa, kuat, dan pemberani' dan matharun dzakarun 'hujan yang amat keras'.  

Metode tafsir paling dominan dalam sejarah intelektual dunia Islam ialah metode tahlili, suatu metode penafsiran Alquran yang menganalisis secara kronologis dan memaparkan berbagai aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat Alquran. 

Metode ini digunakan mayoritas ulama karena itu pengaruhnya kuat sekali di dalam masyarakat. Jumhur ulama menetapkan kaidah bahwa "yang dijadikan pegangan ialah keumuman lafal". Jika terdapat suatu kasus maka yang menjadi perhatian utama ialah apa bunyi teks, tanpa memperhatikan lebih jauh latar belakang turunnya ayat tersebut. 

Berbeda dengan metode tematik yang menetapkan suatu topik tertentu, dengan jalan menghimpun seluruh atau sebagian ayat-ayat, dari beberapa surat, yang berbicara tentang topik tersebut, untuk kemudian dikaitkan satu dengan lainnya, sehingga pada akhirnya diambil kesimpulan secara menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan Alquran. Metode ini lebih memusatkan perhatian kepada apa kata ayat-ayat Alquran secara umum tentang suatu tema.

 

*Artikel ini ringkasan pidato pengukuhan KH Nasaruddin Umar yang saat ini menjabat  Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, sebagai guru besar di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan Harian Republika pada 2002. 

 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement