REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Bilal bin Rabah al-Habsyi merupakan di antara sahabat Nabi Muhammad SAW yang telah dijamin akan masuk surga. Berbagai siksaan yang diterimanya sebagai budak tak lantas melunturkan keyakinannya terhadap Islam dan Allah yang Maha Esa.
Bilal merupakan seorang budak dari negeri Habasyah (Ethiopia), namun tumbuh di Makkah. Ibunya bernama Hamamah, penduduk asli Makkah dari Bani Jamh. Merdekanya Bilal pada suatu hari setelah kedatangan Islam membuktikan bahwa Islam mengangkat derajat semua manusia dan tidak membedakan ras ataupun suku.
Bilal mendapat julukan (kinayah) Abu Abdul Karim, dan pendapat lain menyebutkan julukannya Abu Abdillah. Bilal merupakan salah satu sahabat yang pertama memeluk Islam. Bilal merupakan budak dari sahabat Nabi SAW, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan juga budak dari Umayyah bin Khalaf.
Ia merupakan seorang muadzin, penjaga Baitul Mal, dan juga seorang sahabat Nabi SAW dari keturunan kulit hitam. Mengutip dari buku berjudul "Terbakar Kumandang Azan" karya Yusni A.Ghazali, disebutkan bahwa Bilal merupakan orang yang pertama kali dalam Islam yang mengumandangkan azan. Karena itu, sepanjang hidupnya ia menjadi muazin Rasulullah SAW, baik saat perjalanan atau pun mukim (menetap).
Bilal menjadi muazin pertama tatkala Nabi Muhammad SAW memerintahkannya menyerukan azan saat mendirikan masjid pertama di Madinah. Saat peristiwa Fathul Makkah, Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan Bilal untuk naik ke Ka'bah dan mengumandangkan adzan.
Bilal memiliki keyakinan yang teguh terhadap Islam. Ia tetap tabah menerima berbagai macam siksaan pedih dari tuannya yang kafir. Bahkan, ia pernah dipanggang berhari-hari dan berbulan-bulan di bawah terik matahari kota Makkah oleh Umayyah bin Khalaf.
Ketika matahari telah terik dan panas, Umayyah mengeluarkan Bilal ke padang pasir yang panas dan menindihnya dengan batu di atas dadanya, sembari berkata, "Aku akan selalu perlakukan dia seperti itu hingga ia mati atau meninggalkan ajaran Muhammad. Sembahlah Latta dan Uzza."
Namun, siksaan bertubi-tubi tak lantas membuatnya surut akan keyakinannya. Ia selalu memberikan jawabah teguh, "Ahad, Ahad (Allah Maha Esa" ketika tuannya berkata, "Tinggalkan Tuhannya Muhammad." Selain dari Umayyah, Bilal juga kerap mendapat penyiksaan dari Abu Jahl dan kaum Quraisy lainnya.
Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian menebus dan memerdekakan Bilal. Keteguhan hati seorang Bilal menjadi keutamaan yang dimilikinya. Keutamaannya itu disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. Dalam riwayat itu disebutkan bahwa Bilal termasuk sahabat yang telah dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.
Dalam buku berjudul "Ringkasan Shahih Muslim" oleh Zaki Al-din 'abd Al-azhim Al-mundziri, Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Bilal pada waktu sholat subuh, "Wahai Bilal, ceritakanlah, amal kebaikan apakah yang paling engkau harapkan manfaatnya dalam Islam? Sesungguhnya, malam ini aku mendengar suara kedua sandalmu di depanku dalam surga." Bilal berkata, "Suatu amal kebaikan yang paling kuharapkan manfaatnya dalam Islam adalah bahwa setiap kali aku bersuci (berwudhu) dengan sempurna, baik pada malam hari atau pada siang hari, aku tidak lupa melakukan sholat (sunnah) dengan kesucian (wudhu) itu, selama waktunya cukup bagiku untuk mengerjakannya.
Bilal kerap mendampingi dan mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah SAW. Setelah Rasulullah SAW wafat, ia pergi keluar Madinah bersama para sahabat yang lain untuk melakukan ekspansi militer. Bilal wafat di Damaskus, Suriah, pada tahun 20 Hijriyah pada usia kurang lebih 67 tahun.
Kecintaan Bilal terhadap Rasulullah SAW begitu tampak terutama menjelang wafatnya. Seperti dinukilkan dalam buku berjudul "Hak dan Batil dalam Pertentangan" oleh Ibrahim Abu Abbah, Said bin Abdul Aziz meriwayatkan bahwa menjelang wafatnya, Bilal berkata, "Besok saya akan bertemu dengan orang-orang yang saya cintai, yaitu Nabi Muhammad SAW, dan pengikut-pengikut setianya. Duhai, alangkah senangnya aku!" Bilal kemudian wafat tak lama dari ucapannya itu.