Jumat 29 May 2020 07:40 WIB

Faedah Puasa Daud

Maka puasalah seperti puasa Daud AS yaitu satu hari puasa satu hari berbuka.

ilustrasi puasa sunah
Foto: Republika/mgrol 101, mardiah
ilustrasi puasa sunah

REPUBLIKA.CO.ID,Sejarah puasa disebut hampir sama tuanya dengan sejarah peradaban manusia. Nabi Adam AS melakukan puasa pada 13, 14, dan 15 atau di na m akan shaum abyadh (puasa mutih). Puasa ini dilakukannya sebagai upaya permohonan tobat dan ampunan kepada Allah SWT. Perbuatan memakan buah khuldi sungguh sangat disesali Adam. Dia pun harus angkat kaki dari surga dan menempati dunia.

"Ya Tuhan kami, kami telah mengania ya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pasti kami termasuk orang-orang merugi." (QS al-Araf: 23). Nabi Nuh AS bahkan puasa sepanjang ta hun. Nabi-nabi lain juga memiliki tradisi puasa yang amat kuat, termasuk Nabi Daud AS.

Dalam Perjanjian Lama disebutkan, Nabi Daud berpuasa selama tujuh hari pada waktu putranya sakit keras. Un tuk memohon kesembuhan dari Allah bagi putranya itu, dia berpuasa sambil menutup diri dalam kamarnya dan terus-menerus menangis karena sedih. Pada hari ketujuh dari puasanya itu, putranya meninggal dunia. Setelah mengetahui itu, dia tidak meneruskan puasanya lagi. Dia lantas meng ganti pola puasanya menjadi sehari puasa kemudian sehari tidak.

Dalam buku Dahsyatnya Puasa Nabi Daud dijelaskan, puasa Daud adalah puasa sunah yang dinilai paling istimewa ketimbang puasa lainnya. Puasa Nabi Daud merupakan puasa seimbang karena pelaksanaannya tidak mengabaikan hak dan kewajiban yang lain. Untuk melakukan pua sa Daud, kita harus berniat terlebih da hulu. Status niat dalam rukun ibadah apa pun adalah persyaratan untuk absahnya iba dah. Tidaklah sah sebuah ibadah kecua li dengan niat. "Sesungguhnya setiap amal itu ada niatnya." (HR Bukhari dan Mus lim).

Letak niat ada di dalam hati dan tidak harus diucapkan. Namun, memang beberapa ulama nusantara tidak mengucapkan hak ini. Berbeda dengan puasa wajib yang harus berniat pada malam hari bahkan ketika sebelum terbit fajar, puasa Daud tak mensyarakat demikian.

"Pada suatu hari, Nabi SAW menemui ku dan bertanya, "Apakah kamu mempunyai makanan? Kami menjawab tidak ada. Beliau berkata, Kalau begitu, saya akan berpuasa. Kemudian dia datang lagi pad ahari yang lain dan kami berkata,"Wahai Rasulullah, kita telah memberikan hadian berupa hiais (Makanan yang terbuat dari kurma, samin dan keju."

Berpuasa memiliki banyak faedah, apa lagi jika puasa itu dilakukan dengan kon sis ten. Pertama, orang yang melakukan puasa kerap terjaga dari maksiat. Hatinya akan mengaitkan dia terus menerus kepada Allah SWT. Ruhiahnya senantiasa berhu bung an dengan Sang Pencipta. Kecil ke mung kinan dia melakukan maksiat dalam kondisi demikian. Rasulullah SAW bersabda, "Puasa adalah benteng yang membentengi seseorang dari api neraka." (HR Ah mad dan Baihaqi).

Berpuasa pun bisa membuatnya berada di puncak spiritual. Dia akan cenderung bersikap dan berakhlak baik. Ia tidak ingin me ngotori diri dengan perkataan-perkata an buruk. Akhlak ini muncul saat manusia berada dalam kondisi berpuasa.

Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berkata, "Tujuan puasa adalah agar kita berakhlak dengan akhlak Allah SWT dan meneladani perilaku malaikat dalam hal menahan diri dari hawa nafsu. Sesung guhnya malaikat bersih dari hawa nafsu."

Berpuasa bisa meningkatkan ketakwaan seseorang. Takwa adalah melaksana kan perintah Allah SWT dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Dalam kondisi berpua sa, orang selalu mendekatkan dirinya ke pada Allah, sehingga dapat mencapai dera jat Muttaqin lebih mudah.

Sayyid Quthb dalam Fi Zhilalil Qur'an menjelaskan makna QS al-Baqarah ayat 13. Tujuan utama puasa adalah takwa yaitu takwa yang terbangun di dalam hati, se hing ga membuatnya mampu melaksana kan kewajiban-kewajiban karena taat kepada Allah dan memilih keridhaan-Nya. Takwa yang menjaga hati dari rusaknya puasa karena maksiat.

Lewat puasa Daud, seseorang juga akan mendapat pendidikan sabar. Puasa Daud akan membuat kita lebih bersih dalam emosi dan spiritual. Puasa sunah ini juga bi sa disebut sebagai zakat jiwa. Dalam salah satu hadis, Nabi SAW bersabda, "Se ga la se sua tu itu ada zakatnya, sedangkan zakat ji wa itu adalah berpuasa. Dan puasa itu separuh dari kesabaran." (HR Ibnu Majah).

Orang yang istiqamah dalam menjalankan Puasa Daud pun mampu istiqamah dalam melaksanakan ajaran agamanya. Dia sudah terbukti lulus dalam latihan berpua sa. Meski berat, dia menjalaninya dengan keikhlasan. Dari istiqamah ini, ia akan istiqamah termasuk dalam menja lankan ibadahnya dengan konsisten. Mulai ibadah ringan hingga berat. Orang yang istiqamah ini tidak akan merasakan keresahan dan kegelisahan di dalam hidupnya.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement