REPUBLIKA.CO.ID, BASRAH -- Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz, adalah salah seorang khalifah Dinasti Umayyah. Dia berkuasa dari tahun 717 M-720 M.
Meski usia kepemimpinannya singkat, namun Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pemimpin yang sangat bertawakal kepada Allah. Dan, dia berhasil membuat masyarakat yang hidup di bawah naungan Dinasti Umayyah sejahtera.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, seorang laki-laki dari keturunan Zaid Ibnul Khaththab berkata, "Umar bin Abdul Aziz memerintah selama dua tahun setengah, yaitu tiga puluh bulan. Dia tidak wafat kecuali setelah membuat kita kaya dengan membawakan harta yang melimpah ruah, lalu ia berkata, 'Bagikanlah ini kepada orang yang kalian anggap fakir'. Umar terus melakukan hal ini sampai dia pulang dengan membawa harta yang tersisa. Saat itu, tidak ditemukan lagi orang yang berhak menerima zakat dan santunan negara, sehingga harta itu dibawa kembali pulang ke baitulmal. Umar bin Abdul Aziz telah membuat kaya seluruh rakyatnya."
Kisah lainnya, Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz, mengutus seorang petugas pengumpul zakat, Yahya bin Said untuk memungut zakat ke Afrika. ‘’Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikannya kepada orang-orang miskin. Namun, saya tidak menjumpai seorang pun,’’ ujar Yahya.
Pada era itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah mengentaskan rakyatnya dari kemiskinan. Semua rakyatnya hidup berkecukupan. ‘’Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli budak lalu memerdekakannya,’’ kisah Yahya bin Said. Kemakmuran umat, ketika itu, tak hanya terjadi di Afrika, tetapi juga merata di seluruh penjuru wilayah kekuasaan Islam, seperti Irak dan Basrah.
Abu Ubaid mengisahkan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkirim surat kepada Hamid bin Abdurrahman, Gubernur Irak, agar membayar semua gaji dan hak rutin di provinsi itu. ‘’Saya sudah membayarkan semua gaji dan hak mereka. Namun, di Baitul Mal masih terdapat banyak uang,’’ tutur sang gubernur dalam surat balasannya.
Khalifah Umar lalu memerintahkan, ‘’Carilah orang yang dililit utang tetapi tidak boros. Berilah dia uang untuk melunasi utangnya!’’ Abdul Hamid kembali menyurati Khalifah Umar, ‘’Saya sudah membayarkan utang mereka, tetapi di Baitul Mal masih banyak uang.’’