Kamis 28 May 2020 07:55 WIB

Arkeolog Ungkap Muslim Awal di Afrika Terapkan Diet Halal

Arkeolog menemukan tulang hewan purba tunjukkan penyembelihan halal.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Arkeolog Ungkap Muslim Awal di Afrika Terapkan Diet Halal. Pemandangan di wilayah bagian utara Ethiopia. (Ilustrasi)
Foto:

Analisis jejak pakai pada tulang menunjukkan sapi digunakan untuk membajak dan memutar batu asah. Sedangkan spesies lain seperti unta, kuda dan keledai, mungkin telah digunakan sebagai hewan pengangkut untuk membawa barang dagangan dan komoditas lainnya.

Analisis data usia tulang sapi di Harlaa menunjukkan 80 hingga 90 persen hewan bertahan hidup di atas usia tiga tahun. Selain itu, penemuan itu menunjukkan mereka disimpan untuk susu atau untuk pekerjaan daripada dibiakkan untuk dimakan.

Sementara itu, para arkeolog juga menemukan sisa-sisa babi di Harlaa dan Ganda Harlaa, yang bisa dipelihara atau liar. Penemuan ini di wilayah Islam tak terduga, sebab babi dalam Islam haram.

Penemuan babi itu menunjukkan wilayah tersebut adalah kosmopolitan, di mana pengunjung dan penduduk dari berbagai daerah dan dengan agama yang berbeda. Selain itu, terdapat penjelasan lain yang menyebutkan bisa jadi umat Islam awal di Ethiopia memakan daging babi selama periode tersebut karena alasan praktis.

Namun begitu, tidak ada sisa babi yang ditemukan di Harar. Harar sendiri merupakan kota para cendekiawan Islam dan ziarah (pusat pengajaran Islam). 

Teknik penyembelihah halal yang serupa digunakan di ketiga lokasi tersebut. Hal demikian menunjukkan adanya pengaruh pedagang Muslim yang tiba di daerah itu dan penyebaran Islam ke Harlaa pertama, dan kemudian ke Harar dan Ganda Harla.

Selain hewan-hewan tersebut, komunitas Muslim awal di Ethiopia itu disebut memakan dan berburu babi hutan, babi tanah, landak, kelinci, genet, luwak, dan macan tutul. Di Harlaa, para peneliti juga menemukan bukti ikan laut yang diimpor dari Laut Merah yang terletak sekitar 120 kilometer jauhnya.

Ikan laut itu semua telah diproses sebelum dikirim ke Harlaa, baik dalam bentuk kering atau asin agar tahan lama. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya kepala ikan yang menunjukkan bahwa kepala ikan-ikan ini telah dibuang, mungkin di pantai Laut Merah.

Tidak ada spesies ikan air tawar lokal yang ditemukan. Dengan demikian, itu menunjukkan orang-orang kala itu memakan ikan yang digunakan untuk diet yang canggih.

Bagian tubuh hewan yang serupa ditemukan di setiap situs. Hal tersebut menunjukkan kekayaan atau status mungkin bukan merupakan faktor dalam akses mendapatkan daging.

 

Dalam studi yang diterbitkan dalam Journal of African Archaeology, menunjukkan sisa makanan yang dibuang yang dimakan ratusan tahun lalu itu dapat memberikan informasi yang sangat penting tentang pola diet komunitas Muslim awal di negara itu. Di samping itu, hal itu juga dapat menjadi informasi tentang penyebaran agama Islam, perdagangan, dan penggunaan hewan untuk transportasi dan keperluan kerja di masyarakat Islam di Afrika yang sebagian besar telah diabaikan oleh para arkeolog. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement